Menelusuri Pasar di Turki, Belanja ala Emak-emak
Bagi saya sebagai pelajar Indonesia yang hidup di negei orang, keberadaan pasar merupakan suatu kebutuhan urgen. Adanya pasar menjadikan aku bisa belanja bahan makanan segar seperti sayur mayur, bumbu-bumbu serta daging dengan harga yang bisa dibilang lebih murah jika dibandingkan dengan harga di supermarket disini. Terutama di pasar rakyat, dimana kita bisa mencari barang-barang dengan cara berkeliling di tiap stand pedagang.
Biasanya masyarakat disini dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari belanja pada toko atau supermarket dan mini market yang ada di dekat rumah mereka. Karena orang Turki menu makannya tidak seperti orang Indonesia yang kebanyakan lebih kreatif soal olahan sayur, orang Turki bisa dibilang memiliki menu makan yang simple, terutama menu sarapan. Yang tersedia di meja makan saat sarapan biasana roti, keju, telur rebus, cokelat, selai, butter, zaitun, tomat dan mentimun iris. Secara dasar hanya itu makanan mereka. Jadi mereka bisa dengan mudah mendapatkan bahan makanan yang tersedia di dekat pemukiman mereka.
Konon, kata pasar dalam bahasa Turki yang disebut dengan pazar, itu berhubungan dengan kata tawar menawar yang dalam bahasa Turki disebut dengan pazarlik. Jadi filosofinya, kalau pazar harus pazarlik, kalau belanja di pasar harus menawar. Ini bisa sering kita lihat saat belanja di pasar rakyat, biasanya emak-emak menawar meskipun di atas barang sudah tertera harga. Saya pun terkadang mempraktekkan teknik tersebut, namun saat belanja beberapa macam dan jumlah uangnya dibulatkan. Kalau belanja satu macam harga murah dan menawar masih belum punya mood untuk mencoba.
Kebersihan pada pasar-pasar di Turki termasuk menjadi prioritas utama. Jadi ketika menelusuri pasar, saya merasa tidak terlalu mencium bau yang tak menyenangkan sebagaimana pasar-pasar konvensional pada umumnya. Disinilah saya merasa tenang berbelanja, karena memang aturan di Turki mengenai perlindungan konsumen sangat ketat. Saya pernah bertanya kepada guru saya mengenai hal ini. katanya di Turki orang tidak boleh sembarangan menjual daging di sembarang tempat. Kalau ketemu nanti sama polisi akan diciduk. Orang yang mau bejualan daging, harus mendapatkan sertifikasi kelayakan sebagai penjual. Hal ini menjadikan berbelanja kebutuhan menjadi semakin menyenangkan.
Satu tips yang pernah saya dengar dari pakar kesehatan, ketika berbelanja di pasar maupun supermarket, hendaknya kita berbelanja produk yang ada pada saat musimnya. Maksudnya bagaimana? misalnya buah-buahan yang hanya diproduksi saat musim panas, maka hendaknya kita berbelanja pada musim munculnya buah tersebut. Hal ini dikarenakan bisa dipastikan buahnya adalah buah segar. Waktu musim dingin memang jumlah buah dan sayur menurun. Kalaupun ada seringkali tidak segar. Meskipun kelihatan segar namun dagingnya ketika dimakan terasa genjur berair. Itu artinya buah yang tidak pada musimnya adalah buah yang disimpan lama sehingga kurang baik untuk dikonsumsi. Namun terkadang bagi saya tidak ada pilihan kecuali tetap pelu membeli tomat untuk dijadikan sambal. Jadi tetap beli saja.Pada saat musim dingin pun tetap ada buah segar yang dijual, namun biasanya harganya lebih mahal. Karena kemungkinan besar buahnya adalah buah impor dari daerah luar Turki.
Di Turki, nilai barang berbalik dengan Indonesia. Misalnya anggur, semua jenis anggur bisa dibilang murah disini. Bahkan anggur merah pun pada saat musimnya dihargai 3 lira atau sekitar 11-12 rb. Anggur hijau tanpa biji bisa lebih murah lagi sekitar 2 tl. Bahkan kalau melihat di perkebunan tetangga terkadang anggur-anggur tersebut dibiarkan melayu di pohonnnya mirip seperti jambu air yang dibiarkan berjatuhan di Indonesia. Apel merah pun harganya juga sama sekitar 3 tl.
Namun jangan tanya harga pisang. Di Indo pisang harganya murah karena bisa ditemukan dimana-mana. Disini harga pisang 1 kg saja bisa sampai 8-9 tl atau sekitar 30 ribuan. Alpukat di Indonesia 1 kg 15 ribuan, kalau disini 1 biji 20 ribu lebih. Pernah dengar ada rambutan yang dijual disini, satu tangkupan tangan harganya 30 ribu lebih. Kalau di Indonesia 30 ribu sudah dapat 6 kg kalau pekilo dihargai 5 ribu. Sangar bukan?