Tahlilan Di Turki
Tahlil secara bahasa jelas, membaca lafal La Ilaha Illallah. Namun kalau dibilang acara tahlil, pasti yang muncul dibenak adalah acaranya orang-orang NU untuk memperingati kematian seseorang. Kirim doa adalah salah satu keyakinan orang NU bahwa doa yang dibacakan kepada orang mati maka pahalanya akan sampai padanya. Pertanyaannya apakah hanya orang-orang NU yang melakukan itu?
Add caption |
Waktu dulu pertamakali sampai di Konya dan mengunjungi makam Jalaluddin Ar-Rumi, saya melihat banyak orang yang mendekat ke makam beliau dan membaca semacam doa-doa tertentu. Lama tinggal disini ternyata tidak hanya di makam Ar-Rumi saja, di makam yang lain misalnya Semsi Tebris, gurunya Ar-Rumi, orang-orang juga banyak berziarah dan melakukan hal yang sama. Di makam umum pun para peziarah juga sering terlihat menengadahkan tangan untuk mendoakan si mayit.
Di lokasi makam Jalaluddin ar-Rumi |
Pernah suatu ketika ada orang datang membawa tumpukan buku. Ternyata promosi jualan. Buku apa coba? ternyata buku Yasin. Iya buku yasin, yang berisi surat Yasin beredar disini. Artinya amalan orang sini ternyata mirip dengan amalan orang NU. Suka membaca Yasin. Selang beberapa lama tinggal disini akhirnya sedikit-sedikit mengerti, bahwa orang sini sering mendatangi makam para ulama untuk wasilah agar diberikan hajatnya.
Suatu waktu ketika menyambut kiai saya dari Jogjakarta yang berkunjung ke Konya, ada orang dari kota Hatay Turki, termasuk perbatasan Turki dengan Syiria datang ke Konya karena hendak bermunajat. Sebab dirinya sedang mengalami sakit. Ketika saya tanya, mereka datang secara rombongan mirip ziarah wali songo untuk bermunajat supaya bisa sembuh dari penyakitnya.
Karena saya membawa anak kecil, mereka pun memberi uang saku dan meminta wasilah supaya mendoakan mereka agar lekas sembuh. Perlu diketahui bahwa orang Turki memang terbiasa memberikan cokelat, permen atau uang kepada anak-anak. Poin penting yang saya tangkap disini adalah, ternyata kebiasaan berwasilah di makam ulama ternyata sudah menjadi tradisi sebagaimana yang bisa ditemukan di Indonesia.
Karena saya membawa anak kecil, mereka pun memberi uang saku dan meminta wasilah supaya mendoakan mereka agar lekas sembuh. Perlu diketahui bahwa orang Turki memang terbiasa memberikan cokelat, permen atau uang kepada anak-anak. Poin penting yang saya tangkap disini adalah, ternyata kebiasaan berwasilah di makam ulama ternyata sudah menjadi tradisi sebagaimana yang bisa ditemukan di Indonesia.
Meskipun secara eksplisit bersama-sama secara kelompok saya belum menemukan acara tahlil disini, namun secara individual masyarakat Turki melaksanakan kegiatan-kegiatan yang hampir mirip seperti baca doa untuk orang meninggal dan juga mengirim al-Fatihah.