Tips dan Cara Memondokkan Anak Di Pesantren Agar Menjadi Sukses
Santri merupakan nama yang disebutkan pada pelajar atau siswa yang belajar di pondok pesantren. Kata santri, pesantren, dan pondok memiliki kaitan yang sangat erat. Secara sederhana, santri adalah sebutan untuk pelajarnya, pesantren atau pondok pesantren adalah tempat belajarnya. Tak lupa pula istilah kyai atau bisa juga ditulis dengan kiai sebagai guru utama yang bertindak sebagai pengasuh, pengajar, pendidik, pembina dan memiliki tanggung jawab penuh terhadap santri yang diserahkan oleh orang tua untuk dididik. Selain itu ada juga istilah ustadz atau muallim, yaitu pengajar yang terdiri dari santri senior maupun keluarga kyai. Di pesantren modern ada pula istilah guru, sebutan untuk pengajar di sekolah formal.
Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa santri sendiri memiliki kiprah yang sangat besar terhadap bangsa Indonesia. Perang melawan penjajah dipelopori oleh kaum santri. Dari kalangan santri ini muncul tokoh-tokoh besar. Sebut saja Gus Dur, adalah santri, kyai, yang juga cucu dari ulama besar, Syekh Hasyim Asyari.
Karena dalam sejarahnya pesantren telah terbukti berpengaruh besar dalam mendidik anak dan telah terbukti mengantarkan anak ke dalam keberhasilan, maka hingga saat ini pun pesantren tetap eksis sebagai lembaga pendidikan yang diminati oleh masyarakat.
Namun demikian, mungkin bagi bapak maupun ibu sekalian masih ada yang ragu untuk memondokkan anaknya. Hal ini dikarenakan anggapan karena pendidikan di pesantren dianggap tertinggal dengan pendidikan lain. Di pesantren banyak diajarkan kajian kitab kuning dan kajian klasik sehingga dianggap tidak mampu bersaing dengan lembaga pendidikan modern formal lainnya.
Saya hendak menyakinkan bapak ibu sekalian bahwa anggapan itu adalah anggapan yang salah. Karena faktor cukup penting akan keberhasilan anak adalah salah satunya kembali lagi pada pesantrennya juga. Saat ini banyak sekali pesantren yang telah berintegrasi memadukan ilmu agama dan ilmu modern. Bahkan lulusannya lebih unggul.
Okey mungkin anggapan pesantren itu kalah dengan pendidikan umum tidak salah 100 persen, karenanya nyatanya saat ini mungkin masih ada pesantren yang mempertahankan "gaya klasik"nya karena anggapan bahwa pendidikan gaya modern bisa memberikan dampak negatif bagi siswa. Namun saya hendak menegaskan, pesantren dengan kyai yang berfikiran semacam ini ada, namun setahu saya tidak banyak. Para kyai memiliki kesadaran akan pentingnya memberikan paduan ilmu klasik yang mengedepankan akhlak mulia, juga ilmu modern yang mengedepankan pengetahuan dan teknologi.
Jadi, cukup banyak pertimbangan-pertimbangan untuk memondokkan anak atau menyantrikan anak di pesantren agar menjadi sukses. Selain faktor, orang tua dan pribadi anak, model pesantren dan kyainya pun juga harus diperhatikan untuk pertimbangan memondokkan anak.
Berikut ini adalah tips dan cara memondokkan anak di pesantren agar menjadi anak yang sukses versi pengataman saya. Pengamatan yang saya ambil dari pengalaman pribadi juga pengalaman-pengalaman yang saya dengar dan dapatkan selama berkecimpung di dunia pesantren. Saya sendiri telah berada di lingkungan pesantren sebagai santri, juga berkarir sebagai tenaga pengajar di pesantren kurang lebih 13 tahun.
Saya mengamati, karena tekad yang kurang ini berapa santri gagal selama mengikuti proses pembelajaran di pesantren. Pernah ada orang tua yang sangat ingin memondokkan anaknya, namun anaknya tidak ada keinginan mondok sama sekali hingga akhirnya anaknya menjadi masalah di pesantren karena tidak mau mengikuti aturan pesantren. Mungkin anda yang membaca tulisan ini sudah tahu kalau pesantren itu punya aturan ketat dalam belajar dan beribadah.
Tekad bulat ini tak cukup hanya berasal dari calon santri. Dari orang tua dan keluarga pun juga harus bersinergi. Ada juga kasus yang saya amati, seorang santri punya niatan kuat untuk belajar di pesantren. Namun salah satu keluarganya menghendaki dia untuk melanjutkan sekolah formal non pesantren. Akhirnya dirinya pun boyong alias pulang dari pondok pesantrennya.
Hal semacam itu amat disayangkan mengingat biaya untuk menempatkan anak di pesantren tidaklah murah. Jadi agar anak menjadi sukses di pesantren salah satu tips penting dan utama adalah bulatkan tekad antara anak dan keluarga serta sinergikan orang tua. Nah dari sini ada masalah yang perlu dipecahkan, yaitu bagaimana cara untuk membuat anak memiliki tekad untuk mau belajar di pesantren, juga bagaimana mengompakkan anggota keluarga agar satu suara untuk memondokkan anak? Kadang bapak pengen anaknya mondok namun ibu atau mbahnya menghalangi, bisa jadi bapaknya menghalangi dan seterusnya.
Niatkan yang terbaik, dari sang anak maupun orang tua. Jangan sampai berniat memondokkan anak karena ingin mendapatkan simpati dari orang lain atau menjadi sebuah kebanggaan untuk tujuan kesombongan. Niatkan murni karena mencari ilmu, karena ingin mengikuti jejak para ulama, karena ingin memberikan sumbangsih kepada bangsa, agama, dan keluarga. Begitu pula sang anak harus dimantapkan niatnya bahwa mondok di pesantren adalah jalan terbaik untuk mencari kehidupan dunia dan akhirat yang baik dengan ilmu pengetahuan yang dilapisi dengan ilmu agama.
Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa santri sendiri memiliki kiprah yang sangat besar terhadap bangsa Indonesia. Perang melawan penjajah dipelopori oleh kaum santri. Dari kalangan santri ini muncul tokoh-tokoh besar. Sebut saja Gus Dur, adalah santri, kyai, yang juga cucu dari ulama besar, Syekh Hasyim Asyari.
Karena dalam sejarahnya pesantren telah terbukti berpengaruh besar dalam mendidik anak dan telah terbukti mengantarkan anak ke dalam keberhasilan, maka hingga saat ini pun pesantren tetap eksis sebagai lembaga pendidikan yang diminati oleh masyarakat.
Sumber : KRJogja
Namun demikian, mungkin bagi bapak maupun ibu sekalian masih ada yang ragu untuk memondokkan anaknya. Hal ini dikarenakan anggapan karena pendidikan di pesantren dianggap tertinggal dengan pendidikan lain. Di pesantren banyak diajarkan kajian kitab kuning dan kajian klasik sehingga dianggap tidak mampu bersaing dengan lembaga pendidikan modern formal lainnya.
Saya hendak menyakinkan bapak ibu sekalian bahwa anggapan itu adalah anggapan yang salah. Karena faktor cukup penting akan keberhasilan anak adalah salah satunya kembali lagi pada pesantrennya juga. Saat ini banyak sekali pesantren yang telah berintegrasi memadukan ilmu agama dan ilmu modern. Bahkan lulusannya lebih unggul.
Okey mungkin anggapan pesantren itu kalah dengan pendidikan umum tidak salah 100 persen, karenanya nyatanya saat ini mungkin masih ada pesantren yang mempertahankan "gaya klasik"nya karena anggapan bahwa pendidikan gaya modern bisa memberikan dampak negatif bagi siswa. Namun saya hendak menegaskan, pesantren dengan kyai yang berfikiran semacam ini ada, namun setahu saya tidak banyak. Para kyai memiliki kesadaran akan pentingnya memberikan paduan ilmu klasik yang mengedepankan akhlak mulia, juga ilmu modern yang mengedepankan pengetahuan dan teknologi.
Jadi, cukup banyak pertimbangan-pertimbangan untuk memondokkan anak atau menyantrikan anak di pesantren agar menjadi sukses. Selain faktor, orang tua dan pribadi anak, model pesantren dan kyainya pun juga harus diperhatikan untuk pertimbangan memondokkan anak.
Berikut ini adalah tips dan cara memondokkan anak di pesantren agar menjadi anak yang sukses versi pengataman saya. Pengamatan yang saya ambil dari pengalaman pribadi juga pengalaman-pengalaman yang saya dengar dan dapatkan selama berkecimpung di dunia pesantren. Saya sendiri telah berada di lingkungan pesantren sebagai santri, juga berkarir sebagai tenaga pengajar di pesantren kurang lebih 13 tahun.
Tekad Bulatkan Niat Diri Sendiri dan Anak
Tekad dan niat yang kuat sebenarnya adalah kunci paling penting dalam berusaha meraih apapun, termasuk keputusan untuk memondokkan anak di pesantren. Tekad dan niat yang kuat menjadi kekuatan untuk mengatasi segala hal yang kemungkinan terjadi pada keputusan yang kita ambil. Tekad disini harus berasal dari semua pihak, termasuk orang tua sebagai keluarga dan anak yang akan nyantri.Saya mengamati, karena tekad yang kurang ini berapa santri gagal selama mengikuti proses pembelajaran di pesantren. Pernah ada orang tua yang sangat ingin memondokkan anaknya, namun anaknya tidak ada keinginan mondok sama sekali hingga akhirnya anaknya menjadi masalah di pesantren karena tidak mau mengikuti aturan pesantren. Mungkin anda yang membaca tulisan ini sudah tahu kalau pesantren itu punya aturan ketat dalam belajar dan beribadah.
Tekad bulat ini tak cukup hanya berasal dari calon santri. Dari orang tua dan keluarga pun juga harus bersinergi. Ada juga kasus yang saya amati, seorang santri punya niatan kuat untuk belajar di pesantren. Namun salah satu keluarganya menghendaki dia untuk melanjutkan sekolah formal non pesantren. Akhirnya dirinya pun boyong alias pulang dari pondok pesantrennya.
Hal semacam itu amat disayangkan mengingat biaya untuk menempatkan anak di pesantren tidaklah murah. Jadi agar anak menjadi sukses di pesantren salah satu tips penting dan utama adalah bulatkan tekad antara anak dan keluarga serta sinergikan orang tua. Nah dari sini ada masalah yang perlu dipecahkan, yaitu bagaimana cara untuk membuat anak memiliki tekad untuk mau belajar di pesantren, juga bagaimana mengompakkan anggota keluarga agar satu suara untuk memondokkan anak? Kadang bapak pengen anaknya mondok namun ibu atau mbahnya menghalangi, bisa jadi bapaknya menghalangi dan seterusnya.
Niatkan yang terbaik, dari sang anak maupun orang tua. Jangan sampai berniat memondokkan anak karena ingin mendapatkan simpati dari orang lain atau menjadi sebuah kebanggaan untuk tujuan kesombongan. Niatkan murni karena mencari ilmu, karena ingin mengikuti jejak para ulama, karena ingin memberikan sumbangsih kepada bangsa, agama, dan keluarga. Begitu pula sang anak harus dimantapkan niatnya bahwa mondok di pesantren adalah jalan terbaik untuk mencari kehidupan dunia dan akhirat yang baik dengan ilmu pengetahuan yang dilapisi dengan ilmu agama.
Teliti dan Cari Pondok Terbaik
Semua pondok pesantren baik karena disana diajarkan ilmu-ilmu agama dan pengetahuan. Namun sebagaimana yang pernah kita dengar di berita-berita ada kasus asusila yang dilakukan oleh oknum pengasuh di pesantren. Hal ini menjadi pembelajaran kepada kita bahwa banyaknya pondok pesantren juga menjadi tantangan bagi orang tua untuk lebih teliti untuk memilih yang terbaik. Artinya kita perlu memilih dan memilah mengenai pesantren calon tempat anak kita untuk mondok, apakah sesuai dengan harapan dan sesuai dengan kecocokan dari anak atau belum.
Apakah pondok pesantren yang berupa yayasan besar, nama besar dan terkenal sudah pasti bagus dan sesuai untuk anak? Menurut saya belum tentu. Pondok besar dengan santri ribuan misalnya, itu bagus, namun menurut saya kurang bagus karena kyai pasti tidak mengenal semuanya. Saya menganut prinsip, bahwa pesantren yang bagus adalah pesantren yang kyainya dekat dengan santri dan memperhatikan para santri karena dengan demikian transfer ilmu antara kyai ke santri menjadi berbekas.
Dalam tulisan selanjutnya saya hendak buka-bukaan sesuai perspektif saya mengenai bagaimana cara memilih pondok pesantren yang bagus.
Apakah pondok pesantren yang berupa yayasan besar, nama besar dan terkenal sudah pasti bagus dan sesuai untuk anak? Menurut saya belum tentu. Pondok besar dengan santri ribuan misalnya, itu bagus, namun menurut saya kurang bagus karena kyai pasti tidak mengenal semuanya. Saya menganut prinsip, bahwa pesantren yang bagus adalah pesantren yang kyainya dekat dengan santri dan memperhatikan para santri karena dengan demikian transfer ilmu antara kyai ke santri menjadi berbekas.
Dalam tulisan selanjutnya saya hendak buka-bukaan sesuai perspektif saya mengenai bagaimana cara memilih pondok pesantren yang bagus.
Mengikhlaskan Kepergian Sang Anak
Saat sudah memantapkan diri inilah selanjutnya yang perlu dilakukan adalah mengikhlaskan kepergian sang anak. Doakan dengan doa terbaik kompak dari seluruh pihak keluarga. Antarkan anak bersama keluarga sebagai simbol memasrahkan anak kepada kyai, sebagai bentuk kepercayaan kepada pesantren bahwa anaknya akan menjadi orang hebat di masa depan. Jangan diharapkan kembalinya ke rumah. Konon pengharapan semacam ini bisa berpengaruh pada anak, apakah betah atau tidak di pondok.
Memberikan Yang Terbaik Bagi Sang Anak
Meskipun sang anak sudah berada di pesantren bukan berarti tugas orang tua selesai. Orang tua perlu membantu usaha anak dengan cara mendoakan. Doa ibu terutama memiliki kekuatan yang luar biasa untuk melancarkan usaha sang anak. Bisa jadi anak saat di pesantren merasa tidak kerasan maupun kendala lainnya. Makan dukungan orang tua dengan berdoa dan berkomunikasi seperlunya pada waktunya bersama anak di saat awal-awal memondokkan anak adalah usaha yang bagus.
Berusaha Mencari Rezeki Yang Halal
Selain berdoa, salah satu hal yang paling penting sebagai tips dan cara memondokkan anak di pesantren agar menjadi sukses adalah dengan memberikan rezeki yang halal serta berikhtiar dengan sedekah. Para ulama mengatakan bahwa daging yang berasal dari rezeki haram bisa mempersulit seseorang untuk menerima kebaikan dan ilmu.
Konon Imam Abu Hanifah suatu hari makanan yang dihidangkan oleh pembantunya. Biasanya Abu Hanifah menanyakan asal muasal dari makanan tersebut, namun saat itu beliau lupa menanyakan. Ketika selesai makan, beliau baru teringat dan menayakan asal muasal makanan itu kepada pembantunya. Ternyata ada syubhat atau samar dalam kehalalan makanan itu. Beliau pun langsung memuntahkan semua makanan itu dari perut beliau.
Kenapa para ulama zaman dahulu memiliki ilmu yang bermanfaat dan kitab-ktiabnya dikaji hingga sekarang? salah satu rahasianya adalah mereka menjaga diri dari hal-hal yang syubhat apalagi haram, termasuk makanan.
Rutin dan Rajin Bersedekah
Bersedekah adalah usaha selanjutnya dari tips dan cara memondokkan anak di pesantren agar menjadi sukses. Zakat dan bersedekah mampu membersihkan harta dari hak orang fakir. Bersedekah mampu membawa keberkahan dan tambahnya kebaikan. Ada sebuah kisah mengenai seorang bapak yang menginginkan anaknya menjadi ulama, fakih dan ahli agama, maka sang bapak itu senantiasa tak melupakan sedekah kepada para ulama. Dan akhirnya sang anak pun bisa menjadi ulama besar di masanya.
Bersambung,,,