Teknik dan Cara Agar Bisa Berpidato Secara Baik, Benar dan Sistematis
Ada yang bilang bahwa Pidato merupakan bakat. Apakah itu benar? Tidak sepenuhnya benar kalau kita mengatakan pidato adalah bakat. Mungkin beberapa orang dapat menyampaikan pidato yang bagus karena ia memang berbakat dalam hal pidato tetapi pandai berpidato juga dapat diraih dengan ketekunan dalam berlatih pidato.
Seseorang lahir tanpa bisa berbicara, berjalan, naik sepedah, dan lain sebagainya. seandainya ia tidak dilatih untuk berbicara maka ia selamanya juga tidak akan bisa berbicara. begitu pula dengan belajar naik sepedah, jika anda dahulu tidak berusaha untuk berlatih, naik di sadel spedah, mencoba mengayuh, dan mengoperasikan stir, maka selama itu pula anda tidak bisa menaiki sepedah. Walaupun pada saat belajar menuai kegagalan, seperti jatuh, menabrak, dan lain sebagainya tapi kalau sudah berhasil anda akan puas.
Begitu pula dengan pidato, seseorang untuk dapat berpidato dengan baik dan lancar haruslah mau berusaha dengan keras untuk selalu dan selalu berlatih dengan baik. Kalau kita mencoba untuk membuat pemetaan, maka dalam pidato sendiri itu ada tiga unsur.
1. Penguasaan materi.
2. Penguasaan panggung.
3. Gaya dan cara penyampaian.
Ketiga-tiganya harus mampu dikuasai seseorang dengan baik dan seimbang agar pidato yang disampaikan secara kualitas maupun kuantitas dapat dinilai baik pula. Seseorang yang menguasai penguasaan materi dengan baik, gaya dan cara penyampaian yang baik, tetapi penguasaan panggung kurang maka pidatonya juga akan semrawut tak terkendali karena satu unsur yang kurang dapat mempengaruhi unsur-unsur yang lain.
Anda harus menentukan bagaimana materi yang akan disampaikan sebagaimana paparan pada bab terdahulu. Apakah dikuasai dengan menghafal, atau mempelajari intonasi saja jika pidato yang disampaikan adalah dengan cara membaca. Tergantung jenis pidato apa yang akan disampaikan, pengalaman pribadi penulis ketika mengikuti perlombaan pidato bahasa asing seperti disekolah-sekolah tertentu adalah dengan menghafal teks dengan durasi tertentu. Tetapi apabila pidato berhubungan dengan acara-acara tertentu seperti acara perpisahan, maulid Nabi SAW., dan beberapa acara formal lainnya, maka pidato yang disampaikan adalah dengan pidato serta merta dan yang satu ini dituntut untuk lebih menguasai materi.
Berlatih pidato dapat anda mulai dengan lingkup kecil dahulu. Anda dapat memulai dengan berpidato di depan kaca. Dengan melihat visual diri anda sendiri akan menjadikan anda tahu bagaimana sebenarnya diri anda sendiri. Dengan tekhnik ini, anda akan melihat diri anda berpidato, sudah pas-kah dalam hal gaya, cara penyampaian, dan gerak-gerik anda dalam berpidato.
Selain itu anda dapat meminta teman untuk melihat bagaimana pidato anda. Apakah sudah baik atau belum. Penilaian yang diberikan oleh seseorang biasanya adalah penilaian yang mungkin tidak dapat anda lakukan pada diri anda.
Bayangkanlah saat berlatih, anda sudah berada dalam podimum besar dengan ribuan penonton dan anda sangat percaya diri untuk mampu berpidato dengan baik. Keseriusan merupakan kunci yang sangat berharga. Percuma jika anda berlatih tetapi tidak ada keseriusan.
Mungkin sekarang anda sudah merasa cukup dengan pidato anda di depan teman. Saatnya anda mencoba untuk berpartisipasi dalam acara-acara tertentu. Seperti disekolah misalnya ada banyak lomba-lomba yang diadakan, anda dapat mencoba untuk lebih mengasah kemampuan anda dengan mengikuti kegiatan-kegiatan seperti itu.
Cobalah untuk menyukai dan mengidolakan satu tokoh da’i atau penceramah lalu lihat dengan jeli bagaimana karakternya dalam menyampaikan pidato, ingat-ingat tentang gayanya. Langkah yang mungkin dapat anda ambil adalah mencari video da’i misalnya Almarhum KH. Zainuddin MZ. Lihat dengan seksama bagaimana caranya menyampaikan pidato dengan poin-poin berikut:
1. Bagaimana ia memulai pidatonya, mulai dengan salam dan tegur sapa.
2. Bagaimana intonasi yang digunakan dalam beberapa penekanan kalimat.
3. Gerak tubuh.
4. Materi yang disampaikan.
Setelah anda mengingat, mempelajari, dan menghadirkan dalam bayangan anda, langkah selanjutnya adalah mempraktekkan.
Gaya meniru seperti ini hanyalah sebagai cara untuk mempelajari bagaimana cara seseorang dalam berpidato. Seseorang mempunyai cara yang berbeda dengan orang lain. Dan anda sendiri juga punya cara yang berbeda pula. Meniru bukan berarti meniru secara keseluruhan, akan tetapi tugas yang harus anda selesaikan adalah menemukan jati diri anda dan cara “khas” anda dalam berpidato walaupun pada awalnya adalah dengan meniru orang lain.
Abdullah menyapmaiakn pidato dengan pendengar sekitar 400 orang dan tanpa membaca teks juga tanpa mimbar. Hasilnya kaki Abdullah pun gemetar jelas tetapi masih bisa meneruskannya sampai selesai.
Abdullah lalu berusaha untuk tidak demam panggung. Cara yang Abdullah lakukan adalah berangan-angan alasan mengapa saya demam panggung padahal para audiens juga sama dengan Abdullah. Dia hanya dilihat dan didengar mengapa harus grogi, deg-degan dan perasaan buruk lainnya. Akhirnya pada saat perpisahaan Abdullah menjadi perwakilan pidato siswa dan alhamdulillah sampai saat itu Abdullah mulai bisa berpidato secara baik dan sistematis. Ia banyak belajar menyampaikan pidato seperti para dai dan orang-orang yang bagus dalam berpidato. Sehingga Abdullah pun bisa berpidato secara baik dan sistematis.
img wikimedia.org |
Kunci Agar Bisa Berpidato Secara Baik, Benar dan Sistematis Adalah Sering Berlatih
“Keberhasilan dalam sebuah usaha itu hanya membutuhkan satu persen bakat, tetapi dibutuhkan sembilanpuluh sembilan persen usaha dan kerja keras”.Seseorang lahir tanpa bisa berbicara, berjalan, naik sepedah, dan lain sebagainya. seandainya ia tidak dilatih untuk berbicara maka ia selamanya juga tidak akan bisa berbicara. begitu pula dengan belajar naik sepedah, jika anda dahulu tidak berusaha untuk berlatih, naik di sadel spedah, mencoba mengayuh, dan mengoperasikan stir, maka selama itu pula anda tidak bisa menaiki sepedah. Walaupun pada saat belajar menuai kegagalan, seperti jatuh, menabrak, dan lain sebagainya tapi kalau sudah berhasil anda akan puas.
Begitu pula dengan pidato, seseorang untuk dapat berpidato dengan baik dan lancar haruslah mau berusaha dengan keras untuk selalu dan selalu berlatih dengan baik. Kalau kita mencoba untuk membuat pemetaan, maka dalam pidato sendiri itu ada tiga unsur.
1. Penguasaan materi.
2. Penguasaan panggung.
3. Gaya dan cara penyampaian.
Ketiga-tiganya harus mampu dikuasai seseorang dengan baik dan seimbang agar pidato yang disampaikan secara kualitas maupun kuantitas dapat dinilai baik pula. Seseorang yang menguasai penguasaan materi dengan baik, gaya dan cara penyampaian yang baik, tetapi penguasaan panggung kurang maka pidatonya juga akan semrawut tak terkendali karena satu unsur yang kurang dapat mempengaruhi unsur-unsur yang lain.
Anda harus menentukan bagaimana materi yang akan disampaikan sebagaimana paparan pada bab terdahulu. Apakah dikuasai dengan menghafal, atau mempelajari intonasi saja jika pidato yang disampaikan adalah dengan cara membaca. Tergantung jenis pidato apa yang akan disampaikan, pengalaman pribadi penulis ketika mengikuti perlombaan pidato bahasa asing seperti disekolah-sekolah tertentu adalah dengan menghafal teks dengan durasi tertentu. Tetapi apabila pidato berhubungan dengan acara-acara tertentu seperti acara perpisahan, maulid Nabi SAW., dan beberapa acara formal lainnya, maka pidato yang disampaikan adalah dengan pidato serta merta dan yang satu ini dituntut untuk lebih menguasai materi.
Berlatih pidato dapat anda mulai dengan lingkup kecil dahulu. Anda dapat memulai dengan berpidato di depan kaca. Dengan melihat visual diri anda sendiri akan menjadikan anda tahu bagaimana sebenarnya diri anda sendiri. Dengan tekhnik ini, anda akan melihat diri anda berpidato, sudah pas-kah dalam hal gaya, cara penyampaian, dan gerak-gerik anda dalam berpidato.
Selain itu anda dapat meminta teman untuk melihat bagaimana pidato anda. Apakah sudah baik atau belum. Penilaian yang diberikan oleh seseorang biasanya adalah penilaian yang mungkin tidak dapat anda lakukan pada diri anda.
Bayangkanlah saat berlatih, anda sudah berada dalam podimum besar dengan ribuan penonton dan anda sangat percaya diri untuk mampu berpidato dengan baik. Keseriusan merupakan kunci yang sangat berharga. Percuma jika anda berlatih tetapi tidak ada keseriusan.
Mungkin sekarang anda sudah merasa cukup dengan pidato anda di depan teman. Saatnya anda mencoba untuk berpartisipasi dalam acara-acara tertentu. Seperti disekolah misalnya ada banyak lomba-lomba yang diadakan, anda dapat mencoba untuk lebih mengasah kemampuan anda dengan mengikuti kegiatan-kegiatan seperti itu.
Meniru Gaya Berpidato Dari Orang-orang yang Bagus dan Sukses
Cara efektif dalam menguasai pidato adalah dengan meniru orang-orang yang dipandang bagus dan sukses dalam penyampaian pidato. Meniru untuk mengasah kemampuan, meliputi materi pidato, gaya, intonasi dan aspek-aspek lainnya. Meniru merupakan proses untuk mampu menjadi orang atau apapun yang ditiru.Cobalah untuk menyukai dan mengidolakan satu tokoh da’i atau penceramah lalu lihat dengan jeli bagaimana karakternya dalam menyampaikan pidato, ingat-ingat tentang gayanya. Langkah yang mungkin dapat anda ambil adalah mencari video da’i misalnya Almarhum KH. Zainuddin MZ. Lihat dengan seksama bagaimana caranya menyampaikan pidato dengan poin-poin berikut:
1. Bagaimana ia memulai pidatonya, mulai dengan salam dan tegur sapa.
2. Bagaimana intonasi yang digunakan dalam beberapa penekanan kalimat.
3. Gerak tubuh.
4. Materi yang disampaikan.
Setelah anda mengingat, mempelajari, dan menghadirkan dalam bayangan anda, langkah selanjutnya adalah mempraktekkan.
Gaya meniru seperti ini hanyalah sebagai cara untuk mempelajari bagaimana cara seseorang dalam berpidato. Seseorang mempunyai cara yang berbeda dengan orang lain. Dan anda sendiri juga punya cara yang berbeda pula. Meniru bukan berarti meniru secara keseluruhan, akan tetapi tugas yang harus anda selesaikan adalah menemukan jati diri anda dan cara “khas” anda dalam berpidato walaupun pada awalnya adalah dengan meniru orang lain.
Berkomitmen Kuat Dalam Belajar Berpidato
Komitmen memiliki peran penting dalam setiap hal, tentunya dalam berpidato juga dibutuhkan komitmen agar mampu menembus keraguan dan rintangan kemudian menghasilkan “buah” yang begitu berharga, yaitu keberhasilan. Beberapa hal yang perlu dimiliki dalam dunia berpidato adalah:
1. Orang yang berpidato itu harus bermuka tembok.
Maksudnya adalah dalam berpidato dibutuhkan mental yang kuat. Tembok adalah sesuatu yang kuat, tahan terhadap gempuran, dan tahan terhadap apapun yang menerjang. Sama dengan orang yang berpidato, ia harus tahan banting dengan perasaan malu di depan umum, mampu mempertahankan dirinya, dan apabila ada yang memaki karena pidatonya jelek ia akan berkata “aku masih belajar, sekarang mungkin masih jelek tetapi esok aku pasti berhasil”.
2. Mempunyai keberanian.
Berani sama dengan kebalikan dari penakut. Berani adalah sikap yang mampu mengubah segalanya. Rasa takut hanya akan menjadikan seseorang gagal dalam meraih keberhasilan. Jika kita penakut, maka selamanya kita tidak akan mampu untuk berbicara di depan publik. Sebenarnya apa yang harus ditakutkan, para audiens adalah sama dengan kita dan tak perlu ditakuti.
3. Tahan banting.
Pernahkah anda gagal dalam mengusahakan sesuatu? Pasti seseorang seakan harus gagal dalam sebuah hal karena gagal adalah media untuk selalu mengkoreksi diri dan memperbaikinya. Gagal berarti cambuk untuk selalu maju kedepan. Gagal berarti ujian untuk mengukur sejauh mana tingkat keseriusan seseorang. Bahkan ada orang yang mengatakan “gagal itu tidak ada, yang ada adalah belum berhasil”. Begitu pula dalam berpidato, gagal menyampaikan satu kali tidaklah masalah karena anda dapat memetik hasil dari kegagalan itu sendiri berupa pertanyaan mengapa saya gagal dan bagaimana cara untuk menanggulanginya.
Pengalaman Belajar Berpidato Secara Baik dan Benar
Dahulu Abdullah saat bersekolah di madrasah tsanawiyah Al-Hidayah, di sekolah itu, setiap hari kamis rutin, di isi dengan acara ekstra dengan serangkaian acara seperti pembukaan yang dibawakan MC, pembacaan ayat suci al-Quran, shalawat Nabi, pidato, dan hiburan. Acara seperti ini memang bertujuan untuk memupuk mental dan mengasah kemampuan para siswa.Abdullah menyapmaiakn pidato dengan pendengar sekitar 400 orang dan tanpa membaca teks juga tanpa mimbar. Hasilnya kaki Abdullah pun gemetar jelas tetapi masih bisa meneruskannya sampai selesai.
Abdullah lalu berusaha untuk tidak demam panggung. Cara yang Abdullah lakukan adalah berangan-angan alasan mengapa saya demam panggung padahal para audiens juga sama dengan Abdullah. Dia hanya dilihat dan didengar mengapa harus grogi, deg-degan dan perasaan buruk lainnya. Akhirnya pada saat perpisahaan Abdullah menjadi perwakilan pidato siswa dan alhamdulillah sampai saat itu Abdullah mulai bisa berpidato secara baik dan sistematis. Ia banyak belajar menyampaikan pidato seperti para dai dan orang-orang yang bagus dalam berpidato. Sehingga Abdullah pun bisa berpidato secara baik dan sistematis.