Kisah Santri Nakal Tobat dan Menjadi Ulama Besar
Dunia santri memang unik dan banyak menyimpan kisah unik inspiratif. Di pesantren ada juga tipe santri yang mengambil step nakal dulu baru insaf dan menjadi ulama besar seperi Syeikh Ihsan bin Dahlan Jampes. Menurut cerita saat masih muda, Syeikh Ihsan terkenal bandel dan nakal. Hobi saat muda adalah menonton wayang dengan ditemani segelas kopi dan rokok. Ia juga gemar bermain judi, bahkan terkenal sangat hebat. Keluarga sudah lelah menasihati si Ihsan muda yang nakalnya minta ampun hingga suatu hari, sang nenek mengajaknya berziarah ke makam kakeknya KH. Yahuda.
Sebelum pulang, sang nenek mengadukan kenakalan Ihsan kepada kakek Yahuda dan minta didoakan agar si Ihsan diberikan hidayah dan insaf. Jika dirinya masih saja nakal lebih baik Ihsan diberi umur pendek agar tidak membawa mudharat bagi umat dan masyarakat.
Setelah berziarah itu, suatu malam Syekh Ihsan muda bermimpi didatangi seseorang yang berwujud seperti orang tua sedang membawa sebuah batu besar dan siap dilemparkan ke kepalanya. “Hai cucuku, kalau engkau tidak menghentikan kebiasaan burukmu yang suka berjudi, aku akan lemparkan batu besar ini ke kepalamu,” kata kakek tersebut. Konon sempat terjadi dialog, “Apa hubungannya kakek denganku? Mau berhenti atau terus, itu bukan urusan kakek,” Ketus Ihsan muda.
Tiba tiba sang kakek tersebut melempar batu besar tersebut ke kepala Syekh Ihsan hingga kepalanya pecah. Ia langsung terbangun dan mengucapkan istighfar seraya mengatakan, “Ya Allah, apa yang sedang terjadi. Ya Allah, ampunilah dosaku.”
Sejak saat itu, Syekh Ihsan menghentikan kebiasaannya bermain judi dan mulai gemar menimba ilmu dari satu pesantren ke pesantren lainnya di Pulau Jawa. Mengambil berkah dan restu dari para ulama di Jawa, seperti KH Saleh Darat (Semarang), KH Hasyim Asy’ari (Jombang), dan KH Muhammad Kholil (Bangkalan, Madura). Di antara kitab-kitab karyanya yang paling populer dan mampu mengharumkan namanya hingga ke mancanegara adalah Sirâj al-Thâlibîn. Bahkan Raja Farouk yang sedang berkuasa di Mesir pada tahun 1934 M pernah mengirim utusan ke Dusun Jampes untuk menyampaikan keinginannya agar Syekh Ihsan bersedia mengajar di Universitas Al Azhar Kairo, Mesir.
Yang terpenting bagi santri adalah mau ngaji. Nakal bagaimanapun tetapi masih suka mengaji itu masih wajar. Yang tidak wajar adalah nakal tetapi tidak mau mengaji karena mengaji adalah jalan untuk menuju hidayah-Nya. Anak nakal itu bagaikan gelas yang berisi air keruh dan mengaji sama dengan memasukkan air jernih ke dalam gelas berisi air keruh tadi. Semakin banyak mengaji, insyaallah sifat nakal juga semakin hilang. “Ya Allah! Jadikanlah kami hamba-Mu yang mencintai ilmu.”[]
“Tanamkan ke Pikiran anda ‘Menang’ atau ‘Belajar’, maka anda tidak pernah kalah”.
Khrisnamurti
img pictuworld.com |
Setelah berziarah itu, suatu malam Syekh Ihsan muda bermimpi didatangi seseorang yang berwujud seperti orang tua sedang membawa sebuah batu besar dan siap dilemparkan ke kepalanya. “Hai cucuku, kalau engkau tidak menghentikan kebiasaan burukmu yang suka berjudi, aku akan lemparkan batu besar ini ke kepalamu,” kata kakek tersebut. Konon sempat terjadi dialog, “Apa hubungannya kakek denganku? Mau berhenti atau terus, itu bukan urusan kakek,” Ketus Ihsan muda.
Tiba tiba sang kakek tersebut melempar batu besar tersebut ke kepala Syekh Ihsan hingga kepalanya pecah. Ia langsung terbangun dan mengucapkan istighfar seraya mengatakan, “Ya Allah, apa yang sedang terjadi. Ya Allah, ampunilah dosaku.”
Sejak saat itu, Syekh Ihsan menghentikan kebiasaannya bermain judi dan mulai gemar menimba ilmu dari satu pesantren ke pesantren lainnya di Pulau Jawa. Mengambil berkah dan restu dari para ulama di Jawa, seperti KH Saleh Darat (Semarang), KH Hasyim Asy’ari (Jombang), dan KH Muhammad Kholil (Bangkalan, Madura). Di antara kitab-kitab karyanya yang paling populer dan mampu mengharumkan namanya hingga ke mancanegara adalah Sirâj al-Thâlibîn. Bahkan Raja Farouk yang sedang berkuasa di Mesir pada tahun 1934 M pernah mengirim utusan ke Dusun Jampes untuk menyampaikan keinginannya agar Syekh Ihsan bersedia mengajar di Universitas Al Azhar Kairo, Mesir.
Yang terpenting bagi santri adalah mau ngaji. Nakal bagaimanapun tetapi masih suka mengaji itu masih wajar. Yang tidak wajar adalah nakal tetapi tidak mau mengaji karena mengaji adalah jalan untuk menuju hidayah-Nya. Anak nakal itu bagaikan gelas yang berisi air keruh dan mengaji sama dengan memasukkan air jernih ke dalam gelas berisi air keruh tadi. Semakin banyak mengaji, insyaallah sifat nakal juga semakin hilang. “Ya Allah! Jadikanlah kami hamba-Mu yang mencintai ilmu.”[]
“Tanamkan ke Pikiran anda ‘Menang’ atau ‘Belajar’, maka anda tidak pernah kalah”.
Khrisnamurti