Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Sejarah dan Asal-Usul Kesultanan Turki Usmani atau Kesultanan Ottoman

Kekaisaran Ottoman atau Turki Usmani adalah salah satu dinasti terkuat dan bertahan tahan lama dalam sejarah dunia. Negara adikuasa yang dikelola dengan sistem Islam ini memiliki wilayah yang luas membentang di bagian Timur Tengah, Eropa Timur, dan Afrika Utara selama lebih dari 600 tahun. Pemimpin kekuasaan tertinggi kerajaan yang dikenal sebagai Sultan memiliki kendali politik secara absolut atas wilahay kekuasaanya. Kekaisaran Ottoman ini berperan  besar dalam pencapaian kemajuan seni, sains, agama, dan budaya.
Kerajaan Turki Usmani / img wikimedia.com

Asal-usul Kekaisaran Ottoman

Osman I, seorang pemimpin suku Turki di Anatolia mendirikan Kekaisaran Ottoman sekitar tahun 1299. Istilah "Ottoman" itu sendiri berasal dari nama Osman, yang berupa bahasa Arab.

Turki Utsmaniyah mendirikan pemerintahan formal dan wilayahnya semakin meluas di bawah kepemimpinan beberapa sultan seperti Osman I, Orhan, Murad I dan Bayezid I. Pada tahun 1453, Mehmed II yang mendapatkan julukan sang Penakluk memimpin kerajaan Turki Ottoman untuk merebut kota kuno Konstantinopel, ibukota Kekaisaran Bizantium atau Romawi Timur yang dikenal memiliki kekuatan yang sangat kuat waktu itu. Kekalahan Bizantium ini mengakhiri pemerintahan 1.000 tahun dari Kekaisaran Bizantium di Wilayah Anatolia dan Eurasia.

Setelah Konstantinopel ditaklukkan, namanya pun kemudian berubah  menjadi kota Istanbul, yang  dan menjadi ibukota baru Kekaisaran Ottoman. Istanbul menjadi pusat perdagangan dan budaya internasional yang dominan pada saat itu hingga masa-masa setelahnya. Sebelum ditemukan Tanjung Harapan, orang-orang Eropa banyak melakukan perjalanan ke Asia Timur Jauh melalui Istanbul ini. Jalur Sutera yang fenomenal itu pun berakhir di kota Istanbul ini.

Periode Perluasan Kekuasaan

Pada tahun 1517, putra Bayezid, Sultan Selim I, membawa Suriah , Arab, Palestina, dan Mesir di bawah kendali Turki Ottoman. Kekaisaran Ottoman mencapai puncaknya antara 1520 dan 1566, pada masa pemerintahan Suleiman yang Agung atau dikenal dengan Kanuni Sultan Suleyman. Periode ini ditandai oleh kekuatan besar, stabilitas, dan kekayaan di wilayah Turki Usmani.

Sultan Suleiman menciptakan sistem hukum yang seragam dan menyambut dengan tangan terbuka atas berbagai bentuk seni dan sastra. Banyak Muslim menganggap Suleiman sebagai pemimpin agama dan juga penguasa politik yang unggul. Sepanjang pemerintahan Sultan Suleiman ini, kekaisaran meluas dan telah mencakup wilayah Eropa Timur. Pada puncak kejayaan Turki Usmani, Kekaisaran Ottoman meliputi wilayah berikut: Turki, Yunani, Bulgaria, Mesir, Hongaria, Makedonia, Rumania, Jordan, Palestina, Libanon, Suriah dann Sejumlah besar jalur pesisir Afrika Utara.

Kemajuan Seni dan Sains pada dinasti Ottoman

Turki Ottoman dikenal dunia juga karena prestasi mereka dalam seni, ilmu pengetahuan dan kedokteran. Istanbul dan kota-kota besar lainnya di seluruh kekaisaran diakui sebagai pusat artistik, terutama pada masa pemerintahan Suleiman yang Agung. Beberapa bentuk seni yang paling populer termasuk kaligrafi, lukisan, puisi, tekstil dan tenun karpet, keramik dan musik.

Arsitektur di kerajaan Turki Ottoman ini juga memiliki peran penting dalam mengembangkan budaya saat itu. Masjid dan bangunan publik dengan teknik yang rumit dibangun selama periode ini. Salah satu arsitek yang dikenal dengan kecerdasan menghitung luar biasa bernama Mimar Sinan yang telah menulis surat untuk orang-orang di masa depan tentang bagaimana merestorasi bangunan yang ia buat, dimana orang-orang pada masa kini tidak mengetahui teknik untuk merestorasinya.

Ilmu pengetahuan dianggap sebagai bidang studi yang penting. Kerajaan Turki Usmani giat dalam mempelajari dan mempraktikkan matematika, astronomi, filsafat, fisika, geografi, dan kimia tingkat lanjut. Selain itu, beberapa kemajuan terbesar dalam bidang kedokteran juga dialami oleh kerajaan Turki Usmani. Mereka menemukan beberapa instrumen bedah yang masih digunakan sampai sekarang, seperti tang, kateter, pisau bedah, penjepit dan lancet.

Pembunuhan Terhadap Saudara

Di bawah Sultan Selim, muncul kebijakan baru, termasuk pembunuhan sesama saudara. Ketika seorang Sultan baru diangkat menjadi sultan dengan mendapatkan mahkota maka saudara-saudaranya akan dipenjara. Ketika putra pertama Sultan lahir, saudara-saudaranya dan putra-putranya akan dibunuh. Sistem ini memastikan bahwa pewaris yang sah akan mengambil takhta. Tentu saja tidak semua Sultan mengikuti ritual keras semacam ini. Seiring waktu, pada tahun-tahun berikutnya tidak ada pembunuhan, hanya penjara saja.

Topkapi Sarayi

Kurang lebih ada sebanyak 36 Sultan memerintah Kekaisaran Ottoman antara tahun 1299 hingga 1922. Selama bertahun-tahun, Sultan Turki Usmani tinggal di kompleks istana Topkapi yang hingga sekarang bisa dikunjungi di Istanbul. Istana ini berisi banyak sekali taman, halaman dan bangunan perumahan dan administrasi.

Bagian dari istana Topkapi termasuk harem, tempat terpisah yang disediakan untuk istri, selir dan budak wanita. Para wanita ini diposisikan untuk melayani Sultan, sementara para pria di kompleks harem biasanya adalah kasim. Ancaman pembunuhan selalu menjadi perhatian penuh bagi seorang Sultan. Seorang sultan akan berpindah setiap malam sebagai langkah keamanan.

Kekaisaran Ottoman dan Hubungannya dengan Agama Lainnya

Sebagian besar para sarjana sepakat bahwa penguasa Turki Ottoman toleran terhadap agama lain. Di dalam kerajaan Turki Usmani, mereka yang non Muslim dikategorikan oleh sistem millet, sebuah struktur komunitas yang memberi kelompok minoritas kekuatan terbatas untuk mengendalikan urusan mereka sendiri saat masih di bawah kekuasaan Ottoman. Beberapa millet membayar pajak, sementara yang lain dibebaskan.

Sistem Devshirme

Pada abad ke-14, sistem devshirme diciptakan untuk menambah pasukan bagi kerajaan Turki Usmani. Sistem Ini mengharuskan orang-orang Kristen yang hidup di wilayah taklukkan untuk menyerahkan 20 persen anak laki-laki mereka kepada negara. Anak-anak tersebut akan bergabung dalam pasukan Turki Usmani yang salah satunya adalah pasukan elit yang dikenal dengan Janissaries.
Konon sistem devshirme ini berlangsung hingga akhir abad ke-17.

Kemunduran Kekaisaran Ottoman

Mulai tahun 1600-an, Kekaisaran Ottoman mulai kehilangan dominasi ekonomi dan militernya di wilayah Eropa. Sekitar periode ini, Eropa telah menguat dengan cepat dengan Renaissance dan awal Revolusi Industri . Faktor-faktor lainnya adalah seperti kepemimpinan internal yang buruk dan harus bersaing dengan perdagangan dari Amerika dan India sehingga menyebabkan lemahnya kekuatan kekaisaran.

Pada tahun 1683, Turki Ottoman dikalahkan pada Pertempuran Wina. Kekalahan ini menjadikan kerugian yang besar sehingga kejayaan kekaisaran mulai melemah. Selama seratus tahun berikutnya, kekaisaran mulai kehilangan wilayah-wilayah utama. Setelah terjadinya pemberontakan, Yunani memenangkan kemerdekaan mereka dari Kekaisaran Ottoman pada tahun 1830. Pada 1878, Kongres Berlin mendeklarasikan kemerdekaan Rumania, Serbia, dan Bulgaria.

Selama Perang Balkan yang terjadi pada tahun 1912 dan 1913, Kekaisaran Ottoman kehilangan hampir semua wilayah mereka di Eropa.

Pada awal Perang Dunia I, Kekaisaran Ottoman sudah mengalami kemunduran yang besar. Turki Ottoman memasuki perang pada tahun 1914 di sisi kekuatan sentral (termasuk Jerman dan Austria-Hongaria) dan dikalahkan pada tahun 1918.

Di bawah beragam perjanjian dengan pihak oposisi, sebagian besar wilayah Ottoman dibagi antara Inggris, Prancis, Yunani dan Rusia. Kerajaan Ottoman secara resmi berakhir pada 1922 ketika gelar Sultan Ottoman dihilangkan. Turki dinyatakan sebagai republik pada tahun 1923 yang diprakarsai oleh Mustafa Kemal Atatürk. Tentang siapa itu Mustafa Kemal Atatürk bisa anda baca disini: Biografi Mustafa Kemal Atatürk

Warisan Kerajaan Turki Usmani Kini

Setelah memerintah selama lebih dari 600 tahun, Turki Utsmaniyah sering dikenang karena militernya yang kuat, keragaman etnis, usaha artistik, toleransi beragama dan keajaiban arsitektur.

Pengaruh kekaisaran yang perkasa masih sangat hidup di Republik Turki saat ini, negara modern yang sebagian besar sekuler dianggap oleh banyak sarjana sebagai kelanjutan dari Kekaisaran Ottoman.