Pengalaman Melahirkan Di Luar Negeri (Turki)
Catatan Kenangan Melahirkan Di RS Turki (Konya Dr. Ali Kemal Belviranlı Kadın Doğum ve Çocuk Hastalıkları Hastanesi/ Rumah Sakit Melahirkan dan Penyakit Anak Dr. Ali Kemal Belviranlı)
1. Pada Ahad tanggal 6 April 2020 terjadi kontraksi sejak pagi. Sudah ada firasat bakalan melahirkan hari itu, entah malam atau besok paginya (Senin).
2. Sore hari kontraksi makin sering, jam 9 malam makin sering. Berdasarkan pengalaman anak pertama, yang kontraksi besarnya mulai jam 9 malam dan lahir jam 4 pagi, kami memutuskan untuk menunggu dulu daripada menunggu lama di rumah sakit. Sekaligus menunggu Afqa tidur.
3. Karena sudah kontraksi berat, Jam 10:55 menelfon Emergency ambulan. Baru pencet nomor sekitar 3 detik sudah tersambung dan sekitar 10 menit ambulan datang. Keadaan kontraksi sudah keras dan seperti hampir melahirkan di ambulan. Tapi oleh petugasnya dibilang untuk ditahan sampai ke rumah sakit.
4. Perjalanan dari rumah ke rumah sakit sekitar 6-10 menit. Istri langsung ditangani petugas ke ruang bersalin dan saya ke meja registrasi.
5. Sama petugas ditanya, lha ini kok mbayar? Biasanya ndak mbayar. Ada asuransi tidak? Aku jawab, tidak pakai asuransi. Ya sudah, kalau sudah selesai besok bayar di lantai 2. Ok jawabku.
6. Proses persalinan tidak boleh ditemani siapapun. Aku hanya boleh menunggu di luar.
7. Setelah bayi lahir pemberitahuan muncul di layar. Tidak ada pemberitahuan dari orang secara langsung. Dan setelah lahir pun tidak boleh dijenguk laki-laki, termasuk suami. Hanya pendamping perempuan yang boleh menjenguk, namun sayangnya waktu itu tidak ada pendamping.
8. Sampai siang pun baru bias dijenguk oleh kawan perempuan. Dan setelah kontrol, dokter sudah membolehkan pulang Senin jam 3 sorenya.
9. Mau bayar namun kasir sudah tutup. Jadi tanya petugasnya ini gimana? Ya sudah pulang dulu aja besok kesini lagi, katanya. Wah lah ini bayinya masih hutang. Tinggal nerima bayaran kok repot. Tapi ya sudahlah kita pulang.
10. Besoknya balik lagi dan membayar biaya, semua total 1.300 lira atau sekitar Rp. 3.103.000. Murah jika dilihat dari sarana rumah sakit yang bagus termasuk sarana ambulan yang cepat. Itupun masih ditanya, ini mau tunai atau nyicil, aduh2 masak anak dicicil.
Catatan:
Sebenarnya selama bersalin tidak perlu ditemani, jadi aku bisa langsung pulang saat istri sudah melahirkan. Disana sudah ditangani sendiri oleh petugas. Juga percuma kalaupun menunggu karena tidak boleh menjenguk bagaimanapun usahanya, sudah aturannya seperti itu.
RS tempat bersalin milik negara fasilitasnya bisa dibilang memuaskan. Semua terintregasi online sehingga registrasi hanya perlu sekitar 3 menitan. Semua data sudah ada di KTP dan tinggal tandatangan serta beberapa data pendukung.
Selanjutnya tinggal mendaftarkan baby di puskesmas dan kami sudah punya dokter sendiri untuk keluarga secara gratis.
O iya pas lahiran lagi musim Corona jadi rumah sakit agak ketat keluar masuk dan wajib pakai masker.
Gambar saat kehamilan masih sekitar 6 bulan |
Gambar kehamilan masuk 9 bulan |
1. Pada Ahad tanggal 6 April 2020 terjadi kontraksi sejak pagi. Sudah ada firasat bakalan melahirkan hari itu, entah malam atau besok paginya (Senin).
2. Sore hari kontraksi makin sering, jam 9 malam makin sering. Berdasarkan pengalaman anak pertama, yang kontraksi besarnya mulai jam 9 malam dan lahir jam 4 pagi, kami memutuskan untuk menunggu dulu daripada menunggu lama di rumah sakit. Sekaligus menunggu Afqa tidur.
3. Karena sudah kontraksi berat, Jam 10:55 menelfon Emergency ambulan. Baru pencet nomor sekitar 3 detik sudah tersambung dan sekitar 10 menit ambulan datang. Keadaan kontraksi sudah keras dan seperti hampir melahirkan di ambulan. Tapi oleh petugasnya dibilang untuk ditahan sampai ke rumah sakit.
4. Perjalanan dari rumah ke rumah sakit sekitar 6-10 menit. Istri langsung ditangani petugas ke ruang bersalin dan saya ke meja registrasi.
5. Sama petugas ditanya, lha ini kok mbayar? Biasanya ndak mbayar. Ada asuransi tidak? Aku jawab, tidak pakai asuransi. Ya sudah, kalau sudah selesai besok bayar di lantai 2. Ok jawabku.
6. Proses persalinan tidak boleh ditemani siapapun. Aku hanya boleh menunggu di luar.
7. Setelah bayi lahir pemberitahuan muncul di layar. Tidak ada pemberitahuan dari orang secara langsung. Dan setelah lahir pun tidak boleh dijenguk laki-laki, termasuk suami. Hanya pendamping perempuan yang boleh menjenguk, namun sayangnya waktu itu tidak ada pendamping.
Informasi muncul di layar |
Suasana Ruang Menunggu di RS Turki |
10. Besoknya balik lagi dan membayar biaya, semua total 1.300 lira atau sekitar Rp. 3.103.000. Murah jika dilihat dari sarana rumah sakit yang bagus termasuk sarana ambulan yang cepat. Itupun masih ditanya, ini mau tunai atau nyicil, aduh2 masak anak dicicil.
Catatan:
Sebenarnya selama bersalin tidak perlu ditemani, jadi aku bisa langsung pulang saat istri sudah melahirkan. Disana sudah ditangani sendiri oleh petugas. Juga percuma kalaupun menunggu karena tidak boleh menjenguk bagaimanapun usahanya, sudah aturannya seperti itu.
RS tempat bersalin milik negara fasilitasnya bisa dibilang memuaskan. Semua terintregasi online sehingga registrasi hanya perlu sekitar 3 menitan. Semua data sudah ada di KTP dan tinggal tandatangan serta beberapa data pendukung.
Selanjutnya tinggal mendaftarkan baby di puskesmas dan kami sudah punya dokter sendiri untuk keluarga secara gratis.
O iya pas lahiran lagi musim Corona jadi rumah sakit agak ketat keluar masuk dan wajib pakai masker.
Makanan selama di Rumah Sakit Turki |
Setelah lahir bayi diberikan kepada ibunya |