Acara Sapa Warga NU Bersama PCINU Turki
Ada dua catatan penting yang sya sampaikan dalam acara sapa warga NU atas nama syuriah kemarin.
Pertama, masyarakat Turki secara umum memiliki amalan aswaja yang sama dengan masyarakat NU Indonesia, seperti ziarah kubur, mengkhususkan membaca al-Quran pada acara-acara tertentu, berdzikir bersama dan semacamnya.
Bahkan lebih lanjut cikal bakal kerajaan Usmani pun juga diawali dengan dzikir bersama, berdasarkan legenda rakyat yang pernah saya baca, antara Osman Bey dengan Jalaluddin Rumi.
Acara Majelis Nasional Agung Turki (Turkiye Buyuk Millet Meclisi) yang menjadi cikal bakal negara Republik Turki yang dipimpin oleh Ataturk juga diselenggarakan dengan model ala aswaja, seperti pembacaan al-Quran, shalawat, pembacaan kitab hadis, doa-doa, salah satunya doa khatim (penutup) dan penyembelihan kurban. Dan acara ini dilaksanakan pada hari jumat.
Artinya kita punya kesempatan yang lebih besar dalam memperkenalkan NU kepada masyarakat Turki sebagai bagian dari dakwah NU.
Kedua, NU sudah punya nama yang kuat dalam instansi pemerintahan, termasuk di pemerintahan Indonesia yang ada di Turki (Kedutaan) maupun di pemerintahan Turki sendiri.
KH. Said Aqil siraj sudah menjalin hubungan dengan pemerintah Turki (departemen Agama) dengan kedatangan beliau tahun 2015. Pada tahun 2019 rais Aam, KH. Miftachul Akhyar juga datang kembali ke Turki, dan sya ikut mendampingi beliau untuk mengunjungi mufti wilayah Konya dalam rangka silaturahim dan membuka kerjasama.
Artinya PCINU Turki saat ini punya peluang besar dalam melaksanakan program kerja yang lebih maju dan lebih luas cakupannya dengan memanfaatkan kedekatan-kedekatan tersebut. Semoga bermanfaat dan terimakasih sudah berkunjung di website kangdidik.com