Apa Itu Tauriyah dalam Islam?
Pengertian Tauriyah
Jika anda bertanya tentang apa itu tauriyah, maka tauriyah maka tauriyah تورية itu adalah seseorang mengucapkan suatu perkataan yang benar dan tidak bohong, namun kalimat itu ditangkap oleh orang lain dengan makna yang berbeda.
Pemahaman yang berbeda dari pendengar itu kemudian menyangka bahwa apa yang dikatakan oleh pembicara adalah sesuai apa yang dia inginkan. Padahal pembicara mengucapkan kalimat itu untuk menutupi kebenaran yang lain.
Tauriyah banyak digunakan sebagai cara untuk menghindari dusta. Hal ini karena berbohong dan dusta itu merupakan hal yang terlarang dalam agama.
Namun dalam beberapa hal ada kondisi yang mana kita tidak bisa berkata jujur. Kalau berkata jujur maka akan muncul hal yang buruk. Oleh karenanya dalam satu hal pun diperbolehkan untuk berbohong, dan ada cara untuk tidak berbohong juga dengan tauriyah ini.
Contoh Tauriyah
Adapun contoh dari tauriyah adalah seperti berikut:
Anton adalah orang jahat yang mengejar Budi. Budi pun lari dan masuk ke dalam rumah Sukri. Sukri mengetahui bahwa Budi sedang melarikan diri dari kejaran penjahat. Sukri berada di teras rumah saat tahu Budi masuk ke dalam rumahnya.
Setelah Budi bersembunyi di dalam rumahnya, Sukri pun berjalan menuju halaman rumahnya. Lalu datanglah Anton dan dia bertanya kepada Sukri.
“Apa kamu melihat budi?” Sukri pun menjawab, “sejak aku bediri di sini aku tidak melihat seorang pun”.
Perkataan Sukri di atas bukanlah bohong, karena dia memang tidak melihat Budi semenjak berada di halaman rumah. Sukri melihat Budi saat dirinya berada di teras rumah.
Anton yang mendengar ucapan Sukri pun menyangka bahwa Surki tidak pernah melihat Budi sama sekali. Inilah yang disebut dengan tauriyah.
Ada orang dzalim (si A) yang mengejar dan bermaksud untuk mendzalimi si B. Lalu si B lari dan bersembunyi di rumah kita. Dan ketika si B masuk ke rumah kita, kita sedang duduk di kursi teras rumah. Lalu datanglah si A dan menanyakan apakah melihat si B?
Contoh Tauriyah Yang Dilakukan Nabi
Ada nabi yang biasa dijadikan sebagai contoh Tauriyah, yaitu perkataan Nabi Ibrahim. Hal ini sebagaimana yang diungkapkan oleh Rasulullah Saw. dalam riwayat dalam sabda beliau:
Rasulullah Saw. menceritakan bahwa pada suatu hari, Nabi Ibrahim As. sedang berjalan bersama dengan istri beliau Sarah. Nabi Ibrahim As. waktu itu sedang mendatangi seorang raja yang zhalim.
Mendengar seseorang bernama Ibrahim datang kepadanya, raja tersebut diberi informasi bahwa Ibrahim itu datang bersama seorang wanita yang paling cantik.
Oleh karenanya, diutuslah seseorang menemui Ibrahim, lalu utusan itu bertanya kepadanya, “Siapakah wanita ini?”
Ibrahim menjawab, “Dia saudaraku.” Lalu Sarah datang, maka Ibrahim pun berkata,
يَا سَارَةُ: لَيْسَ عَلَى وَجْهِ الأَرْضِ مُؤْمِنٌ غَيْرِي وَغَيْرَكِ، وَإِنَّ هَذَا سَأَلَنِي فَأَخْبَرْتُهُ أَنَّكِ أُخْتِي، فَلاَ تُكَذِّبِينِي
“Wahai Sarah, tidak ada di muka bumi ini orang yang beriman selain aku dan dirimu. Orang tadi bertanya kepadaku, aku sampaikan bahwa kamu adalah saudariku. Karena itu, jangan Engkau anggap bahwa aku berbohong.” (HR. Bukhari)
Nabi Ibrahim bermaksud bahwa saudari dalam kalimat itu adalah “saudara seiman atau seagama”. Karena memang kata saudara itu bisa berarti “saudara kandung” dan “saudara dalam agama”.
Utusan raja itu memahami bahwa Ibrahim bermaksud bahwa Sarah adalah “saudara kandung”. Makna itu benar, tetapi ia salah paham dari maksud Nabi Ibrahim.
Hal itu memang bertujuan agar siti Sarah selamat dari kezaliman yang akan dilakukan Firaun jika nabi Ibrahim mengatakan bahwa siti Sarah adalah istrinya.
Mengapa Harus Melakukan Tauriyah
Bisa dibilang bahwa tauriyah adalah jalan keluar untuk mengatasi sesuatu dengan menghindari kebohongan secara jelas atau terang-terangan. Tauriyah adalah pilihan terbaik dari pada harus berkata dusta.
‘Umar bin Khaththab radhiyallahu ‘anhu mengatakan,
إن في معاريض الكلام ما يغني الرجل عن الكذب
“Sesunggguhnya dalam maaridhil kalam (bahasa-bahasa tauriyah) itu sudah mencukupi seseorang sehingga dia tidak perlu berdusta secara terang-terangan.”
Jadi, dalam keadaan yang mendesak dan harus berbohong untuk kebaikan, maka lebih baik seseorang mengucapkan kalimat tauriyah jika memang bisa memilih dari pada harus berbohong. Wallahua’lam.