Sejarah Masjid Agung Demak dan 10 Keutamaan Masjid Agung Demak
Sejarah Masjid Agung Demak, Bagi masyarakat Indonesia pasti tak asing dengan yang namanya masjid Agung Demak. Masjid ini merupakan salah satu masjid tertua yang paling awal didirikan di Indonesia.
Masjid yang terletak di kota Demak Jawa Tengah ini juga selalu ramai didatangi oleh para pengunjung atau peziarah dari berbagai wilayah di Indonesia khususnya dari tanah Jawa sendiri.
Pada kesempatan kali ini kita akan belajar tentang masjid agung Demak, Sejarah Masjid Agung Demak, dan beragam hal yang terkait dengan masjid Agung Demak agar kita bisa mendapatkan wawasan tentang sejarah Islam di Indonesia.
Tentang Masjid Agung Demak
Masjid Agung Demak adalah salah satu masjid tertua di Indonesia yang terletak di pusat kota Demak, Jawa Tengah Indonesia. Masjid Agung Demak ini dalam sejarahnya memiliki peran penting dalam penyebaran agama Islam di Indonesia.
Masjid yang ada di pesisir utara pulau Jawa ini dalam sejarahnya dibangun oleh Wali Songo (Sembilan Wali) dengan tokoh paling terkemuka di antaranya adalah Sunan Kalijaga pada masa penguasa Kesultanan Demak pertama, Raden Patah pada abad ke-15.
Ciri Khas Masjid Agung Demak
Meskipun masjid Agung Demak telah mengalami banyak proses renovasi namun sebagian besar dari bangungan Masjid Demak dianggap masih mempertahankan ciri khas dalam bentuk aslinya. Masjid Agung Demak ini adalah contoh klasik dari masjid tradisional Jawa.
Masjid Agung Demak tidak dibangun dengan kubah seperti masjid yang ada di Timur tengah, melainkan dibangun dengan kayu dan atapnya berjenjang dan ditopang oleh empat tiang saka guru jati. Atapnya yang berjenjang menunjukkan banyak kemiripan dengan struktur religi kayu dari peradaban Hindu – Budha di Jawa dan Bali.
Penampilan atap limas piramida masjid ini menunjukkan Aqidah Islamiyah yang terdiri dari tiga bagian ; (1) Iman, (2) Islam, dan (3) Ihsan. Di Masjid ini juga terdapat “Pintu Bledeg”, bertuliskan “Condro Sengkolo”, yang berbunyi Nogo Mulat Saliro Wani, dengan makna tahun 1388 Saka atau 1466 M, atau 887 H.
Pintu masuk utama Masjid Agung Demak terdiri dari dua pintu yang diukir dengan motif tanaman, mahkota dan kepala hewan dengan mulut bergigi lebar terbuka. Konon ukiran tersebut menggambarkan penampakan petir yang ditangkap oleh Ki Ageng Selo, sehingga diberi nama Lawang Bledheg (Pintu Petir).
Penting sekali bagi kita untuk mempelajari Sejarah Masjid Agung Demak agar bisa menghayati betapa hebatnya orang zaman dahulu dalam membuat bangunan dengan filosifinya yang mendalam.
Sejarah Masjid Agung Demak
Sejarah Masjid Agung Demak, Masjid Agung Demak merupakan masjid kuno yang dibangun oleh Raden Patah dari Kerajaan Demak dibantu para Walisongo pada abad ke-15 Masehi. Masjid ini masuk dalam salah satu jajaran masjid tertua di Indonesia. Lokasi Masjid Agung Demak terletak di Kampung Kauman, Kelurahan Bintoro, Kabupaten Demak, Jawa Tengah. Berada tepat di alun-alun dan pusat keramaian Demak, Masjid Agung Demak tak sulit untuk ditemukan.
Menurut cerita yang beredar di masyarakat, Masjid Agung Demak dahulunya adalah tempat berkumpulnya Walisongo yang menyebarkan agama Islam di tanah jawa inilah yang mendasari Demak mendapat sebutan kota wali.
Raden Patah bersama dengan Walisongo membangun masjid ini dengan memberi gambar serupa bulus yang merupakan candra sengkala memet yang bermakna Sirno Ilang kerthaning bumi. Secara filosofis bulus menggambarkan tahun pembangunan Masjid Agung Demak yaitu 1401 Saka.
Bulus yang terdiri tas kepala memiliki makna 1, empat kaki bulus bermakna 4, badan bulus yang bulat bermakna 0, dan ekor bulus bermakna 1. Hewan bulus memang menjadi simbol Masjid Agung Demak, dibuktikan dengan adanya berbagai ornamen bergambar bulus di dinding masjid.
Dari sisi arsitektur, Masjid Agung Demak adalah simbol arsitektur tradisional Indonesia yang khas serta sarat makna. Tetap sederhana namun terkesan megah, anggun, indah, dan sangat berkarismatik.
Atap masjid berbentuk linmas yang bersusun tiga merupakan gambaran akidah Islam yakni Iman, Islam, dan Ihsan. Empat tiang utama di dalam masjid yang disebut Saka Tatal/Saka Guru dibuat langsung oleh Walisongo.
Masing-masing di sebelah barat laut oleh Sunan Bonang, sebelah barat daya oleh Sunan Gunung Jati, sebelah tenggara oleh Sunan Apel, dan sebelah Timur Laut oleh Sunan Kalijaga.
Pintu Masjid Agung Demak yang dikenal dengan nama Pintu Bledheg dianggap mampu menahan petir. Pintu yang dibuat oleh Ki Ageng Selo juga merupakan prasasti Candra Sengkala yang berbunyi Nogo Mulat Sarira Wani, maknanya tahun 1388 Saka atau 1466 Masehi. Bagian teras Masjid Agung Demak ditopang oleh delapan buah tiang yang disebut Saka Majapahit.
Keistimewaan dan Keunikan Masjid Agung Demak
Masjid Agung Demak ini memiliki beberapa keunikan dan keistimewaan, sehingga dalam tulisan ini selain kita membahas tentang Sejarah Masjid Agung Demak, kita pun akan membahas tentang keistimewaan dan keunikannya, di antaranya adalah:
1. Masjid Tertua di Indonesia
Masjid Agung Demak memiliki keistimewaan sebagai masjid tertua yang dibangun di Indonesia. Dengan demikian, masjid ini menjadi saksi sejarah dalam penyebaran agama Islam di Nusantara.
2. Tempat Berkumpulnya Para Wali Songo
Para wali songo yang berjuang dalam menyebarkan agama Islam di Indonesia memiliki beberapa tempat sebagai basis pertemuan atau musyawarah. Di antara tempat itu adalah Masjid Agung Demak yang menjadi tempat berkumpulnya para wali untuk membahas beberapa hal.
3. Pusat penyebaran Islam di pulau Jawa
Sebagai masjid yang termasuk tertua di Indoensia, masjid Agung Demak jelas punya keistimewaan sebagai masjid yang menjadi pusat peneybaran Islam di pulau Jawa. Masjid dalam agama Islam memang memiliki peran yang sangat penting bagi penyebaran agama Islam.
4. Masjid Dengan gaya Bangunan Hindu
Atap yang bercoran hindu persinggungan islam dengan agama hindu yang lebih dahulu ada. Masjid ini di sesuaikan dengan model arsitektur khas agama hindu.
Atap Masjid yang terdiri dari tiga tingkat. Tiga tingkat yang melambangkan tiga aspek yakni iman, islam, dan ihsan.
Akulturasi budaya ini menunjukkan betapa bijaknya pendakwah islam kala itu yang mampu membaur dengan masyarakat hindu. Konon salah satu dari tingkatan atap itu terbuat dari intip (kerak nasi) yang di buat oleh sunan kalijaga.
5. Tiang penyangga
Tiang penyangga dari tatal sisa ketaman. Sekilas memang tiang yang menyangga masjid ini terlihat seperti tiang pada umumnya. Tiang atau juga di sebut saka ini menurut cerita yang berkembang di buat oleh empat wali yakni sunan ampel, sunan gunung jati, sunan bonang, dan sunan kalijaga.
Uniknya tiang yang di buat oleh sunan kalijaga berbahan dasar tatalan kayu (serpihan kayu) yang tidak utuh. Serpihan tersebut di satukan membentuk kayu utuh dan bertahan kuat hingga saat ini.
6. Pintu Bledek (petir)
Pintu petir dalam istilah jawa. Pintu ini sering di sebut sebagai pintu bledek. Di kisahkan pintu bledek ini merupakan karya ki ageng selo. Ki ageng selo yang merupakan wali penangkap petir sekitar tahun 1446 di penuhi ukiran-ukiran indah sarat makna.
Ukiran yang paling menyita perhatian adalah kedua kepala naga. Dalam budaya jawa pasti menjadi simbol condro sengkolo (penanda waktu) yang berbunyi nogo mulat saliro wani.
7. Tempat wudhu
Tempat wudhu adalah bagian terpenting dalam sebuah bangunan masjid. Tempat wudhu di gunakan untuk mensucikan diri saat hendak melaksanakan ibadah shalat.
Di masjid Agung Demak terdapat tempat wudhu bersejarah. Tempat wudhu tersebut berbentuk sebuah kolam sedalam lima meter dengan tiga batu hitam yang berbeda ukuran.
Dahulu kolam tersebut merupakan tempat para wali songo wudhu. Namun saat ini tidak lagi di fungsikan dan di museumkan oleh pengelola masjid tersebut.
8. Gambar Bulus
Raden patah bersama wali songo mendirikan masjid demak dengan memberi gambar serupa bulus. Bulus ini merupakan candra sengkala memet.
Yang dengan arti sarira sunyi kiblating gusti yang bermakna 1401 saka. Gambar bulus terdiri atas kepala yang berarti angka 1, 4 kaki berarti angkat 4, badan bulus berarti 0. Ekor bulus berarti angka 1.
9. Makam raja kesultanan Demak
Ada makam raja kesultanan demak di dalam komplek masjid agung demak tersebut. Terdapat beberapa makam raja-raja kesultanan demak termasuk di antaranya adalah sultan fattah.
Sultan fatah merupakan raja pertama kesultanan demak dan para abdinya. Di kompleks ini juga terdapat museum masjid agung demak yang berisikan berbagai hal mengenai riwayat masjid agung demak.
10. Mihrab
Yang unik dan memiliki nilai sejarah tinggi adalah bangunan mihrab Masjid agung Demak. Bagian luar dinding mihrab ada hiasan berupa kaligrafi tulisan arab uang mengapit surya Majapahit.
Pada bagian Sandaran belakang mimbar khutbah (Dampar kencana) juga terdapat hiasan itu. Raden fattah sebenarnya adalah anak dari prabu kertabumi, yaitu putra mahkota brawijaya V kerajaan Majapahit.
Itulah informasi tentang Sejarah Masjid Agung Demak dan 10 Keutamaan Masjid Agung Demak. Semoga bermanfaat dan menambah wawasan kita tentang sejarah Islam di Indonesia.
Sumber Pustaka
- https://en.wikipedia.org/wiki/Demak_Great_Mosque
- http://dpad.jogjaprov.go.id/coe/article/sejarah-bangunan-masjid-agung-demak-469