Hakikat Cinta Dalam Islam
Hakikat Cinta Dalam Islam, Setiap manusia pasti pernah berurusan dengan cinta, karena pada hakikatnya cinta adalah salah satu urusan hati manusia. Setiap manusia yang punya hati, pastinya bisa memiliki rasa cinta.
Cinta bisa saja mendatangkan kegembiraan namun bisa juga berakhir dengan rasa sakit hati karena mungkin apa yang diinginkan oleh hati tak tersampaikan. Lalu bagaimana sebenarnya hakikat cinta dalam Islam?
Apa Itu Cinta?
Cinta adalah perasaan dalam hati yang sulit untuk diucapkan dan diungkapkan dengan kata-kata. Cinta adalah; Ketika seseorang melihat orang yang dicintai atau nama orang yang dicintainya disebutkan, detak jantungnya meningkat, matanya membesar dan napasnya menjadi cepat dan gugup.
Orang yang jatuh cinta itu merasakan bahwa hatinya seperti burung yang beterbangan di dadanya, pikirannya tertutup, dan kekuatannya untuk membedakan yang benar dari yang salah melemah. Ia telah buta karena cinta.
Dalam kitab al-Maqashid al-Hasanah karangan al-Sakhawi, terdapat sebuah hadis yang mashur tentang cinta.
حبٌك الشيئ يعمي و يصم
“Cintamu pada sesuatu akan membuatmu buta dan tuli”. (HR. Abu Dawud & Ahmad)
Pembagian Cinta Menurut Ulama Sufi
Para Ulama Sufi menjelaskan cinta dalam 3 kategori:
1. Cinta Bersifat Binatang
Mereka yang memiliki cinta seperti itu adalah mereka yang mencintai seseorang dengan maksud manfaatnya untuk dirinya sendiri (egois).
Ketika orang yang mencintai ini tidak mendapatkan manfaat yang mereka inginkan ketika mereka mencintai orang lain, maka cinta mereka akan berubah menjadi perasaan benci, marah, dan dendam.
Mereka pun rela untuk melakukan segala macam perbuatan buruk. Sebenarnya cinta mereka tidak pantas disebut cinta, karena cinta mereka sebenarnya adalah cinta yang dibalut hawa nafsu.
Jenis cinta ini termasuk dalam kelompok cinta binatang. Mencintai tetapi menginginkan maksiat atau keburukan dengan orang yang ia cintai.
Salah satu cirinya adalah ketika seseorang mengatakan “Aku jatuh cinta padamu” pada hari ini. Tetapi ketika apa yang ia inginkan tidak terpenuhi, maka ia menjadi musuh dalam waktu yang singkat.
2. Cinta Dari Lubuk Hati
Cinta dari lubuk hati ini dibagi menjadi tiga. Pertama adalah cinta yang bertepuk sebelah tangan. Contoh cinta seperti ini adalah seperti cinta Layla dan Majnun, di mana cinta mereka tidak pernah ada nafsu atau berniat mengambil keuntungan semata.
Layla Majnun mencintai apa yang mereka cintai bukan untuk diri mereka sendiri, tetapi karena mereka saling mencintai dari dalam lubuk hati mereka.
Jika cinta mereka dapat dibimbing dengan sesuatu yang baik, maka cinta mereka itu bisa menjadi jembatan menuju cinta Ilahi.
Kedua, adalah cinta seperti cinta ibu dan ayah bagi anak-anaknya, tidak ada padanannya dalam hal cinta seperti ini. Cinta ini adalah murni dari keluarga untuk keluarga dan darah dagingnya.
Yang ketiga adalah mencintai seorang Nabi atau wali bagi Allah. Inilah yang paling luhur dari cinta yang datang dari lubuk hati. Jenis cinta ini adalah jembatan menuju cinta Ilahi dan tidak ada cara lain.
3. Cinta Ilahi
Seseorang yang mencintai nabi atau orang soleh dan hanyut dalam cinta tersebut maka ia akan mendapatkan cinta yang hakiki dan dalam proses mendapatkan anugerah cinta kepada Ilahi.
Inilah cinta yang paling agung, cinta Tuhan yang terdalam. Cinta seperti ini disebut cinta Ilahi, cinta kepada Allah Dzat satu-satunya yang berhak disembah.
Adapun cinta ilahi ini adalah cinta para Nabi dan Auliya kepada Allah Swt. Karena dibutakan akan cinta kepada Allah, mereka akan rela mengorbankan harta dan hidup mereka dengan rasa syukur yang besar demi Tuhan.
Cinta Ilahi ini pun menurut para ulama sufi juga dibagi menjadi tiga:
a. Awal dari cinta ilahi
Orang yang mengalami cinta awal kepada Allah akan mendapatkan dengan daya tarik yang berat untuk terpaut hatinya kepada Allah. Tidak ada ketakutan di dalamnya hatinya.
Semuanya akan menjadi kosong. Ada yang menyebut bahwa cinta ini terlalu manis dan memabukkan. Bisa membuat orang keracunan.
Kecuali para nabi dan para wali terhormat ini, setiap orang yang mendapatkan awal dari cinta ilahi akan dimabukkan oleh kesenangan kepada Ilahi ini.
Orang yang tak bisa mengendalikan cinta pertama Ilahi ini akan menjadi jadzab atau majdzub. Pikirannya tiada dan kosong karena tertutup oleh kenikmatan cinta ini.
b. Pertengahan cinta ilahi
Orang yang mengalami cinta ilahi pada tingkat ini akan merasakan kesadaran dalam cinta yang lebih tinggi dari pada cinta tingkat pertama.
Tetapi mereka berada dalam posisi yang lebih rendah dibandingkan dengan para Nabi dan para sahabatnya dan orang-orang suci atau orang shaleh.
c. Cinta ilahi Tertinggi
Para nabi dan sahabat serta orang-orang saleh memiliki cinta ilahi tertinggi ini. Mereka adalah orang-orang yang tidak keluar dari lingkaran Alquran dan Sunnah bahkan satu jengkal pun.
Pikiran mereka dan hati mereka hanya terisi oleh Allah. Tiada ketakutan, tiada apapun yang bisa mencegah mereka untuk melaksanakan segala hal atas nama Allah.
Saat berjihad perang mereka menjadi yang terdepan. Saat berinfak mereka rela memberikan hartanya dengan ikhlas tingkat tinggi. Mereka adalah para nabi, wali Allah dan juga orang-orang salih.