Siapakah Jabir bin Hayyan Itu?
Siapakah Jabir bin Hayyan Itu?
Jabir bin Hayyân diakui oleh semua ilmuwan sebagai bapak kimia yang tak terbantahkan. Beliau adalah putra seorang ahli obat atau apoteker.
Jâbir bin Hayyan hidup antara tahun 722 H hingga 815 H. Jabir bin Hayyan menghabiskan sebagian besar hidupnya di Kufah, Irak, di mana ia secara berhasil mensistematisasikan ilmu kimia secara ilmiah.
Jabir bin Hayyan bekerja di sebuah laboratorium permanen yang cukup bagus. Jabir bin Hayyan berhasil mengembangkan dan menyempurnakan proses rumit dalam ilmu kimia seperti sublimasi, likuifaksi, kristalisasi, distilasi, pemurnian, pencampuran merkuri, oksidasi, penguapan dan filtrasi.
Jabir bin Hayyan berhasil menghasilkan asam sulfat dengan menyuling tawas dan mulai mengklasifikasikan zat sebagai gas, logam, dan mineral. Dia juga menulis tentang bagaimana bahan kimia bergabung tanpa kehilangan sifatnya untuk membentuk senyawa elemen tak terlihat.
Meskipun semua pengetahuan tentang hal tersebut dapat diketahui oleh masyarakat umum secara mudah pada hari ini, namun seribu dua ratus lima puluh tahun yang lalu Jabir adalah seorang pria yang berpikiran sangat maju pada masanya.
Studi Kimia Ditekuni oleh Jabir bin Hayyan
Studi empiris yang paling penting yang dilakukan oleh para ilmuwan terkemuka pada saat itu berkutat pada studi mengenai asam.
Pada masa itu, tidak ada asam yang lebih kuat dari asam asetat, yang memberi rasa pada cuka. Jabir bin Hayyan yang menemukan asam sulfat, nitrat, dan nitromuriatik, yang sangat diperlukan untuk industri kimia saat ini, secara signifikan telah berhasil meningkatkan kemungkinan eksperimen kimia mengenai asam tersebut.
Jabir bin Hayyan juga menemukan fakta bahwa dalam situasi tertentu di mana oksidasi terjadi, berat logam bisa berkurang. Karya Jabir bin Hayyan di antaranya adalah Buku Besar tentang Sifat Kimia, Satuan Berat dan Ukuran, Senyawa Kimia, dan Pewarna.
Dalam karyanya tersebut, Jabir bin Hayyan menjelaskan informasi penting tentang tungku kimia dan zat kimia penting seperti oksida merkuri dan senyawa sulfur.
Jabir bin Hayyan Gila Terhadap Ilmu Kimia
Jabir bin Hayyan, seperti kebanyakan cendekiawan Muslim saat itu, sangat tertarik dengan praktik kimia sehari-hari, karena dia ingin penelitiannya bisa berguna bagi masyarakat.
Karena memiliki rasa penasaran yang besar, Jabir bin Hayyan pun melakukan beragam eksperimen dan penemuan seperti pewarnaan kain dan kulit, menyiapkan pewarna rambut, membuat pernis yang membuat kain tahan air dan membuat besi tahan karat, mangan dioksida yang digunakan dalam produksi kaca, pirit besi untuk menulis dengan emas, garam untuk ubin kaca dan keramik, dan asam asetat untuk proses pengembunan.
Jabir bin Hayyan melakukan penelitian tentang masalah-masalah seperti distilasi cuka. Ia bahkan mengembangkan jenis kertas yang tidak bisa terbakar api dan juga menemukan tinta bercahaya yang bisa dibaca di malam hari.
Penemuan Jabir bin Hayyan dalam hal pemurnian logam dan penyiapan baja memberikan kontribusi penting pada pengembangan teknik pengecoran.
Menurut teori kimia, penemuan Jabir bin Hayyan tentang struktur logam adalah salah satu kontribusinya yang terbesar dalam dunia kimia, dan penemuan Jabir ini berhasil sampai hingga abad ke-18, yang mana kemudian penemuannya itu dianggap sebagai permulaan kimia modern dengan sedikit perubahan.
Semua penelitian tentang zat-zat kimia ini dilakukan Jabir bin Hayyan di laboratorium. Kemudian laboratorium milikinya itu digali kembali dua ratus tahun setelah kematiannya.
Penggalian dilakukan di situs laboratorium tempatnya bekerja miliknya di Kufah di Irak, yang dikenal sebagai Gerbang Damaskus. Saat penggalian itu, ditemukan beragam barang seperti seekor binatang dan sebongkah emas besar dari puing-puing.
Jabir bin Hayyan membuat komentar berikut tentang kimia: “Poin penting pertama dalam ilmu kimia adalah bahwa anda perlu membuat aplikasi praktis dan melakukan eksperimen, karena seseorang yang tidak berpartisipasi dalam praktik praktis atau studi eksperimental tidak dapat mencapai level terendah sekalipun dalam ilmu kimia. Wahai anakku, lakukanlah eksperimen agar mendapat ilmu. Seorang ilmuwan itu tidak akan merasa senang dengan banyaknya materi (pelajaran) di tangan mereka, tetapi mereka akan senang dengan kesempurnaan metode eksperimentalnya (karena melakukan pekerjaan).”