Siapakah Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu? Biografi Abu Hurairah Ra
Abu Hurairah Ra Adalah Salah Satu Sahabat Rasulullah Saw
Para sahabat Nabi (saw) adalah orang-orang generasi pertama umat Islam yang hidup bersama Nabi (saw).
Mereka menerima ajaran dan pesan wahyu secara langsung dari Nabi dan kemudian meneruskan ajaran tersebut ke generasi berikutnya hingga sampailah ajaran Nabi tersebut kepada kita.
Para sahabat Nabi adalah generasi terbaik umat Islam. Nabi (saw) pernah bersabda tentang mereka, “generasi terbaik umatku adalah sahabatku dan orang-orang yang mengikuti mereka …….”.
Di antara para sahabat itu ada seseorang yang bernama Abu Hurairah. Beliau adalah termasuk sahabat dekat Nabi dan termasuk sahabat yang meriwayatkan hadis terbanyak di antara para sahabat yang lain.
Oleh karena itu pada kesempatan kali ini kita akan menelaah tentang biografi Abu Hurairah ini.
Kita juga akan mengulas tentang bagaimana kehidupannya dengan Nabi (SAW), pengabdian terhadap ilmu, serta kesalehan yang dimilikinya.
Biografi Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu
Abu Hurairah merupakan sosok yang rajin dalam beribadah dan mencari ilmu kepada Nabi, dan juga termasuk sahabat Nabi (saw) yang paling dekat.
Namanya adalah Abu Hurairah Al-dawsi Al-Yamani. Para ulama berbeda pendapat tentang nama dan juga nama ayahnya.
Pendapat yang disebut paling benar adalah pendapat yang disepakati oleh para ulama bahwa namanya adalah Abdu al-Rahman Ibn Sakhr.
Nabi Muhammad (saw) menamainya Abdullah dan menjulukinya Abu Hurairah dan dia pun kemudian terus dikenal sebagai Abu Hurairah.
Adapun ibunya adalah Maimunah Bint Subaih.
Abu Hurairah menjadi Muslim di dalam ajakan At-Tufayl Ibn Amr, seorang kepala suku Daus di mana Abu Hurairah berasal.
At-Tufail pernah bertemu kepada Nabi Muhammad, dan dirinya kembali ke desanya untuk menyebarkan agama Islam sebagai misinya.
Abu Hurairah adalah salah satu kalangan pertama dari orang-orang yang menanggapi panggilannya untuk memeluk Islam.
Ketika At-Tufayl mengunjungi Mekkah untuk kali berikutnya, Abu Hurairah pun menemaninya. Di Mekah pun Abu Hurairah mendapat kehormatan karena bisa bertemu dengan Nabi Muhammad Saw.
Kehidupan dan Keluarga Abu Hurairah Ra
Abu Hurairah tinggal di Tihamah selama beberapa tahun dan baru pada awal tahun ketujuh Hijriah dia tiba di Madinah bersama beberapa orang lain dari sukunya.
Saat itu Nabi telah melaksanakan perang ke daerah Khaybar.
Abu Hurairah tinggal di Masjid dengan Ahl As-Suffah lainnya. Abu Hurairah adalah seorang miskin yang lajang dan tanpa istri atau anak.
Namun demikian Abu Hurairah memiliki seorang ibu yang masih bersamanya, tetapi ibunya itu masih menjadi seorang musyrik.
Abu Hurairah pun berdoa agar ibunya menjadi seorang Muslim dan sering mengajaknya untuk masuk Islam, tapi ibunya dengan tegas menolak.
Suatu hari, Abu Hurairah mengajak ibunya untuk beriman kepada Allah dan mengikuti perintah Nabi tetapi dia mengucapkan beberapa kata tentang Nabi yang sangat membuatnya sedih.
Dengan berlinang air mata, Abu Hurairah mendatangi Nabi, dan Nabi pun berkata kepadanya: “apa yang membuatmu menangis, hai Abu Hurairah?”
Dia berkata: “hari ini, saya mengajak ibu saya untuk masuk Islam dan saya mendengar kata-kata darinya yang saya tidak suka. Doakan kepada Tuhan Yang Maha Esa agar hati Ibu saya condong kepada agama Islam.”
Nabi pun berdoa untuknya. Abu Hurairah berkata: “Aku pulang dan menemukan pintu tertutup. Aku mendengar percikan air dan ketika aku mencoba masuk, ibuku berkata:” Tetaplah di tempatmu, wahai Abu Hurairah. ”
Dan setelah mengenakan pakaiannya, dia berkata,” masuk! “Saya masuk dan dia berkata:” Saya bersaksi bahwa tidak ada tuhan selain Allah dan saya bersaksi bahwa Muhammad (SAW) adalah hamba dan utusan-Nya.”
Abu Hurairah pun kembali menemui Nabi (saw) seraya menangis dengan gembira dan berkata: “Ya Rasulullah, saya punya kabar baik. Allah telah mengabulkan doa engkau dan membimbing ibuku masuk Islam “.
Abu Hurairah dan Rasulullah Saw.
Abu Hurairah menemani Nabi (saw) selama hampir empat tahun. Dia sangat mencintai Nabi dan juga selalu mendapatkan kasih sayang dari Rasulullah Saw.
Abu Hurairah tidak pernah lelah memandang Nabi yang wajahnya tampak seperti cahaya matahari dan dia tidak pernah lelah mendengarkan ajaran Nabi Saw.
Seringkali Abu Hurairah memuji Allah atas keberuntungannya dan berkata: “Segala puji bagi Allah yang telah membimbingku masuk Islam.” “Puji bagi Allah yang mengajariku Alquran.” “Puji bagi Allah yang telah melimpahkan padaku persahabatan dengan Nabi Muhammad (SAW).”
Saat sampai di Madinah, Abu Hurairah suah bertekad untuk mendalami ilmu Islam dari Rasulullah Saw.
Zaid Ibn Tsabit, seorang sahabat Nabi yang terkemuka bercerita “Ketika Abu Hurairah dan saya dan seorang sahabat yang lain berada di Masjid berdoa kepada Allah Yang Maha Kuasa. Rasulullah tiba-tiba muncul. Beliau mendatangi kami dan duduk di antara kami. Kami menjadi diam dan Rasulullah berkata: “lanjutkan dengan apa yang kalian lakukan.”
Zaid bin Tsabit meneruskan, bahwa Zaid bin Tsabit dan temannya juga berdoa kepada Allah Swt sebelum Abu Hurairah melakukannya dan Nabi mulai mengucapkan amiin atas doa mereka.
Kemudian, Abu Hurairah mengucapkan doa : “Ya Allah, saya meminta-Mu atas apa yang diminta kedua teman saya dan saya meminta kepada-Mu atas pengetahuan yang tidak akan dilupakan.”
Nabi (saw) berkata: “Amin.” Zaid bin Tsabit dan temannya kemudian berkata: “Kami meminta kepada Allah ilmu yang tidak akan dilupakan, dan Nabi menjawab”. Pemuda dari suku Dawsi (Abu Hurairah) telah meminta ini sebelum kalian.”
Dalam mencari ilmu, Abu Hurairah mengalami banyak kesusahan dan kesulitan. Dia sering merasakan lapar dan hidup serba kekurangan.
Abu Hurairah pernah bercerita tentang dirinya sendiri: “Ketika saya menderita kelaparan yang parah, saya akan pergi ke seorang sahabat nabi dan bertanya kepadanya tentang sebuah ayat Alquran dan tinggal bersamanya untuk mempelajarinya sehingga dia akan membawa saya bersamanya ke rumahnya dan memberikan makanan (kepada saya).”
Abu Hurairah Sahabat Yang Cerdas dan Ahli Hadis
Dengan ingatannya yang kuat dan kecerdasan yang luar biasa, Abu Hurairah pun memanfaatkan waktu 4 tahun yang dia habiskan bersama Nabi untuk mengumpulkan hadis dan segala ajaran yang terpancar dari bibir Rasulullah.
Abu Hurairah menyadari bahwa dia memiliki anugerah hafalan yang luar biasa dan dia pun memanfaatkan sepenuhnya untuk mengabdi kepada Islam.
Salah satu kelebihan dari Abu Hurairah adalah bahwa dia punya waktu luang yang lebih banyak dibandingkan dengan para sahabat yang lain.
Tidak seperti kebanyakan Muhajirin, dia tidak sibuk di pasar dengan jual beli.
Juga tidak seperti banyak orang Ansar, dia tidak punya tanah untuk ditanami. Dia tinggal dengan nabi di Madinah dan pergi bersamanya dalam perjalanan dan juga peperangan.
Banyak sahabat kagum dengan jumlah Hadis yang telah dia hafal dan sering bertanya kepadanya ketika dia telah mendengar Hadis tertentu dan dalam keadaan apa.
Talha Ibn Ubaidullah berkata: “Saya tidak ragu bahwa Abu Hurairah mendengar dari nabi apa yang tidak kami dengar.”
Suatu ketika Marwan Ibn Al-hakam ingin menguji kekuatan ingatan Abu Hurairah. Dia duduk bersamanya di satu ruangan dan di balik tirai dia membawa seorang juru tulis yang tidak diketahui oleh Abu Hurairah serta memerintahkannya untuk menuliskan apa pun yang dikatakan Abu Hurairah.
Abu Hurairah pun mengucapkan hadis dan juru tulis itu menulis hadis-hadis tersebut.
Setahun kemudian, Marwan mendatangi abu Hurayrah lagi dan memintanya untuk mengingat hadits yang sama yang telah dicatat oleh juru tulis itu.
Dan ternyata abu Hurairah mampu mengucapkan hadis yang sama.
Abi Said Al-khudari meriwayatkan bahwa Nabi (saw) bersabda: “Abu Hurairah adalah bejana ilmu.”
Al-A’masy juga meriwayatkan bahwa Abi Salih berkata: “Abu Hurairah adalah penghafal terbaik di antara para sahabat.”
Abu Hurairah bahkan berkata tentang dirinya sendiri: “Saya tidak tahu ada seorang pun di antara sahabat yang paling baik dalam menghafal hadits nabi selain saya”.
Melalui usahanya keras, banyak hadits Nabi yang berhasil diriwayatkan kepada generasi selanjutnya melalui Abu Hurairah.
Nama Abu Hurairah banyak disebutkan sebagai nama depan dalam ribuan hadis yang sampai kepada kita.
Menurut Baqi b. Makhalad hadis yang berhasil diriwayatkan dari Abu Hurairah sampai sekarang ada 5374 buah hadits.
Menurut Ibn Al-gauzi, ada 5374 Hadis yang ditransmisikan oleh Abu Hurairah di Musnad Baqi dan 3848 Hadis di Musnad Ibn Hanbal.
Menurut Ahmad Shakir, setelah menelaah ulang Hadis, masih ada 1579 Hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah.
Banyak sahabat dan tabiin (Pengikut para sahabat) yang meriwayatkan hadits dari Abu Hurairah. Jumlah mereka hampir 800 sahabat dan tabiis. Hal itu disebutkan dalam kitab enam imam.
Sepanjang hidupnya, Abu Hurairah tetap baik dan sopan kepada ibunya. Dia juga mendorong orang lain untuk bersikap baik kepada orang tua mereka.
Abu Hurairah pernah berkata kepada putrinya, “jangan memakai emas agar kamu bisa selamat dari nyala api.”
Dilaporkan bahwa Abu Hurairah menangis selama sakitnya dan dia ditanya mengapa kamu menangis?”
Dia berkata: “Saya tidak menangis karena hendak meninggalkan kehidupan dunia ini, tetapi aku menangis karena jarak jauh perjalanan saya kelak. Dan bahwa saya akan dihadapkan pada surga dan api neraka dan saya tidak tahu ke mana saya akan dibawa”.
Abu Hurairah meninggal pada tahun 59 H Ketika dia berumur tujuh puluh delapan tahun dan dimakamkan di Al-Baqi.