Apakah Hadis Hasan Dapat Naik Derajatnya Menjadi Hadits Shahih?
Apakah Hadis Hasan Dapat Naik Derajatnya Menjadi Hadits Shahih? Hadis dilihat dari tingkatannya memiliki beberapa tingkatan seperti hadis mutawatir, sahih, hasan dan dhaif.
Hadis shahih adalah hadis yang memenuhi syarat tertentu sehingga bisa dipastikan kesahihannya.
Hadis hasan adalah hadis yang tidak memenuhi salah satu kriteria hadis sahih, yaitu pada hafalan periwayat sehingga derajatnya di bawah hadis sahih.
Meski pun demikianb Apakah Hadis Hasan Dapat Naik Derajatnya Menjadi Hadits Shahih? Apakah mungkin hadis hasan naik derajatnya menjadi hadis sahih?
Tentang Hadits Hasan
Hadis hasan dalam tinjauah definisi itu memiliki lebih dari satu definisi. Namun, Imam al-Baiquniy dalam mazhumahnya mendefinisikan hadits hasan sebagai hadis yang dikenal melalui banyak thuruq (jalur periwayatan). Rijal (perawi) tidak setenar periwayat hadits sahih. ”
Hadits hasan juga dikenal sebagai hadits yang sumber dan perawinya terkenal atau hadits dengan sanad terus menerus tetapi hafalan perawinya lebih sedikit (tidak seperti perawi hadis sahih) namun bebas dari syaz dan juga ‘illah (cacat).
Jadi dari pengertian di atas kita bisa mengetahui bahwa hadis hasan itu seperti hadis sahih, hanya saja ada perawi yang hafalannya tidak sekuat perawi hadis shahih.
Pembagian Hadits Hasan
Menurut Imam Ibn al-Salah hadits hasan terbagi menjadi dua, yaitu hasan li zatihi dan hasan li ghairihi.
1. Hadis Hasan li Zatihi (الحسن لذاته)
Hadis Hasan li Zatihi adalah hadits yang diriwayatkan oleh seorang perawi yang adil tetapi memiliki hafalan yang lebih rendah dengan sanad terus menerus (bersambung) yang bebas dari syaz dan ‘illah.
Contoh hadits hasan li Zatihi adalah: seperti hadis riwayat Abi Umamah RA, Nabi SAW bersabda:
Periwayat dalam hadits ini adalah thiqah (amanah) kecuali al-Qasim yaitu Abdulrahman al-Syami. Dia adalah seorang tabi’in dan dia adalah salah satu perawi yang adil (jujur).
Namun, ulama hadits membahas tentang hafalannya dan beberapa menganggapnya sebagai orang yang dhaif (lemah) sementara yang lain menyatakan bahwa dia adalah thiqah.
Dengan demikian, hadits ini menjadi hadits hasan li Zatihi karena salah seorang perawi di sanad diperdebatkan dalam hal hafalannya dalam meriwayatkan suatu hadits.
Jadi intinya dalam hadis hasan li dzatihi terdapat rawi yang hafalannya lemah.
2. Hadis Hasan li Ghairihi
Hasan li Ghairihi adalah hadits diriwayatkan oleh perawi mastur atau dhaif (lemah) dimana perawi melakukan banyak kesalahan tetapi tidak dituduh sebagai pembohong.
Lebih lanjut, narasinya bisa saja mutaba’at atau ada banyak jalur narasinya atau ada syahid (dukungan dari riwayat lain). Contoh hadits hasan li ghairihi adalah:
Dari ‘Amir bin Rabi’ah, dari ayahnya yang berkata:
أَرَضِيتِ مِنْ نَفْسِكِ وَمَالِكِ بِنَعْلَيْنِ? قَالَتْ: نَعَمْ ، قَالَ: فَأَجَازَهُ
“Seorang wanita dari Bani Fazarah dinikahkan karena (mas kawin) dua sandal. Jadi Rasulullah berkata kepadanya: ‘Apakah kamu menyetujui (menukar) dirimu dan hartamu dengan dua sandal?’ Dia berkata: ‘Ya.’ “Dia berkata:” Jadi dia mengizinkannya. ” Sunan al-Tirmizi (1113)
Ada perawi dalam sanad hadits ini atau diriwayatkan oleh ‘Asim bin’ Ubaidillah di antaranya adalah perawi dengan hafalan yang buruk.
Namun, hadits ini ditetapkan sebagai hasan karena ada jalur lain (sanad) yang mendukung narasi ini sampai ke tingkat hasan li ghairihi.
Imam al-Tirmizi menyatakan jalur lain hadits ini adalah dari jalur Umar, Abi Hurairah, Sahl bin Sa’ad, Anas bin Malik, Abi Sa’id dan beberapa lainnya dari kalangan Sahabat R. Anhum.
BACA JUGA: Apa itu Ilmu Nahwu? Apa Yang Dimaksud dengan Ilmu Nahwu?
Apakah hadits hasan dapat naik derajatnya menjadi hadits shahih?
Apakah hadis hasan dapat naik derajatnya menjadi hadis sahih? Jawabannya adalah bisa. Nanti hadis itu disebut dengan hadis Shahih Lighairihi atau hadis sahih karena faktor dari hadis lain.
Hadits shahih lighairihi adalah hadits hasan lidzatihi yang diperkuat dengan adanya riwayat lain yang serupa atau lebih kuat dari itu.
Dinamakan sahih lighairihi karena keasliannya bukan berasal dari riwayat hadis aslinya sendiri, melainkan kesahihan hadis itu karena adanya riwayat lain yang memperkuat atau mendukungnya.