Kapankah hadis dikatakan shahih?
Hadis Nabi
Selain al-Quran, hadis merupakan salah satu sumber dalam ajaran agama Islam. Hadis sendiri adalah kata-kata dan tindakan yang diucapkan oleh Nabi Muhammad (saw). Semua ucapan dan tindakan Nabi harus diterima.
Meskipun demikian karena sejak awal hadis tidak ditulis, maka hadis pun sifatnya tersebar di mana-mana dan tercampur dengan ucapan-ucapan lain yang bukan berasal dari Nabi. Oleh karenanya, para ulama menetapkan syarat tertentu untuk menyaring hadis-hadis tersebut.
Dari syarat-syarat itu, kemudian muncullah istilah hadis sahih, hasan dan dhaif. Hadis sahih adalah hadis yang terbukti berasal dari Nabi. Hadis hasan adalah seperti hadis sahih namun lebih rendah derajatnya. Sedangkan hadis dhaif adalah hadis yang lemah buktinya jika ia berasal dari Nabi.
Dari uraian di atas, lalu apa itu hadis sahih? Kapan hadis itu dikatakan sebagai hadis sahih? Pada kesempatan kali ini kita akan membahasnya.
Apa itu Hadits Sahih? Kapankah hadis dikatakan shahih?
Adapun hadis sahih adalah hadis yang memenuhi berbagai syarat berikut: 1. Sanadnya bersambung, 2. Dhabit rawinya (hafalannya kuat), 3. Adil rawinya (dapat dipercaya rawinya), 4. Tidak ada syadz (kejanggalan) dan 5. Tidak ada illat.
Semua hadis yang memenuhi syarat di atas maka disebut hadis sahih. Jadi ketika ada hadis yang memenuhi syarat di atas maka hadis itu dikatakan sebagai hadis sahih.
Ciri-ciri Hadis Sahih
Selain memenuhi syarat hadis di atas, ada berbagai cara untuk memahami hadits shahih. Di antaranya adalah dengan melihat ciri-ciri hadis Sahih. Dalam hadits shahih, tidak ada informasi tentang janji mendapatkan pahala yang besar untuk sebuah ibadah atau perbuatan baik yang ringan atau kecil.
Selain itu, hadis sahih juga tidak mungkin mengandung informasi yang bertentangan dengan sejarah yang valid. Hadis sahih ini juga tidak mungkin berisi informasi yang mengandung pertentangan dengan hadits-hadits shahih yang lain. Juga ciri-ciri lainnya adalah tidak ada hadits shahih yang bertentangan dengan akal.
Ciri terpenting lainnya adalah Hadist yang shahih tidak boleh bertentangan dengan Al-Qur’an.